Kamis, 14 Juni 2012

PERADABAN DAN HATI NURANI SEBAGAI FENOMENA MORAL (1)

Secara terminologi, istilah peradaban sering juga disamakan dengan Budaya sebagai pengertian yang lebih luas, dalam wikipedia peradaban di defenisikan sebagai "Perbaikan Pikiran, Tata Krama atau Rasa".  Berdasarkan defenisi tersebut peradaban berfungsi sebagai norma yang bertujuan untuk memakmurkan dan melestarikan kelangsungan hidup umat manusia.

Kata peradaban adalah derivasi dari kata adab yang didefenisikan sebagai tata krama, etika, moral, sifat baik, akhlak ataupun jiwa. Berdasarkan defenisi tersebut "Beradab" diartikan sebagai manusia yang mempunyai ilmu dan mempunyai moralitas yang tinggi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia "Peradaban" didefenisikan sebagai kemajuan kecerdasan dan kebudayaan lahir bathin seorang manusia yang menyangkut sopan santun, budi, bahasa dan kebudayaan suatu bangsa.

Freud dalam Civilization and its Discontents mengatakan bahwa peradaban sebagai proses mengendalikan naluri agresif dan mengatur masyarakat dari gejala alam yang merongrongnya, dan mengatur hubungan antar manusia untuk tidak saling membinasakan. Peradaban secara individula maupun secara sosial mengatur naluri-naluri atau insting Eros dan mencegah merajalelanya naluri-naluri destruktif (Thanatos).

Pandangan Freud tentang Struktur Kepribadian

Freud mengatakan bahwa hidup psikis manusia ibarat gunung es yang terapung di laut. Yang nampak diatas permukaan laut itu adalah puncak gunung es yang hanya terdiri dari sebagaian kecil, sedangkan bahagian yang lebih besar berada di bawah permukaan laut dan tidak kelihatan karena terpendam air laut.

Psikis manusia juga demikian keadaannya, sebagian besar tidak nampak namun merupakan kenyataan yang mesti diperhitungkan. Itulah yang disebut oleh Freud sebagai "alam tidak sadar" atau "Ketaksadaran Dinamis". Artinya adakalanya manusia memiliki keinginan, cita-cita dan kehendak yang sering muncul tanpa disadari oleh manusia itu sendiri, manusia memiliki aktivitas-aktivitas psikis yang tidak disadari oleh orang yang bersangkutan. Freud memakai istilah "ID" untuk menyebut ketaksadaran tersebut, Id inilah lapisan paling fundamental dalam susunan psikis manusia.

Pada awalnya psikis manusia hanya terdiri dari Id saja,  artinya seorang bayi yang masih berada didalam kandungan ibunya dan bayi yang baru lahir  psikisnya hanya terdiri dari Id namun Id inilah yang menjadi bahan dasar bagi perkembangan psikis selanjutnya. Pada mulanya Id sama sekali tidak terpengaruh oleh kontrol manusia itu sendiri, Id hanya melakukan apa yang disukai dan dipimpin oleh "Prinsif Kesenangan" (The Pleasure Principle) dan hukum-hukum logika juga tidak berlaku bagi Id.

Apabila Id pada awalnya tidak terpengaruh oleh kontrol manusia, maka pada perkembangan selanjutnya psikis manusia itu akan dipengaruhi oleh lingkungannya atau dunia luar, hal itu terjadi khususnya melalui proses kontak dengan orang lain atau media lain seperti orang tua, pengasuh dan sumber informasi lainnya. Hal inilah yang disebut dengan aktivitas yang dikuasai oleh "prinsip realitas" (The Reality Principle), Freud menyebut ini dengan "EGO".

Menurut Freud aktivitas Ego bisa sadar, prasadar maupun tak sadar, tetapi umumnya Ego ini bersifat sadar. Ego sebagai aktivitas yang dikuasai oleh prinsip realitas maka Ego ini merupakan struktur psikis manusia dalam bentuk pemikiran objektif yaitu sesuai dengan tuntutan-tuntutan sosial, bersifat rasional dan diungkapkan lewat bahasa. Jadi prinsif kesenangan di dalam ID diganti dengan prinsip realitas oleh Ego. Jadi tugas ego untuk mempertahankan kepribadiannya untuk disesuaikan dengan alam sekitar atau lingkungannya, terutama untuk memecahkan konflik-konflik dengan realitas, memecahkan konflik-konflik dengan keinginan-keinginan yang tidak cocok dengan realitas, dan Ego juga mengontrol apa yang masuk kesadaran dan apa yang akan dikerjakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar