Kamis, 23 Agustus 2012

MERINDUKAN PIGUR JOKOWI DI PILGUBSU

Keberhasilan pasangan Joko Widodo unggul dalam putaran pertama pemilihan gubernur Jakarta merupakan sebuah fenomena dan menjadi bahan perbincangan menarik bagi masyarakat, para politisi maupun pengamat politik. Kemenangan calon yang dibesut PDIP dan Gerindra ini merupakan kejutan, banyak kalangan yang tidak menduganya sebelumnya, bahkan lembaga survey yang sebelumnya dianggap sebagai sebuah lembaga yang mampu memproyeksikan peta pemenang pada setiap pelaksanaan pilkada, pemilihan umum dan pemilihan presiden pada pemilihan gubernur Jakarta hasil survey umumnya berbending terbalik dengan realita hasil akhir pemiklihan gubernur Jakarta.

Pemilihan gubernur Jakarta dengan keberhasilan pasangan Jokowi mengungguli saingannya merupakan bahan perdebatan dan kajian yang menarik sampai hari ini, karena selain mampu meretas kemapanan pemikiran yang berkembang selama ini, kemenangan pasangan Jokowi ini juga menjadi trendsetter, atau mampu menjadi poloa anutan yang ingin direalisasikan oleh masyarakat di seluruh pelosok nusantara.

Trend yang menarik bagi masyarakat dewasa ini adalah kerinduan akan munculnya calon pemimpij yang memiliki pigur baru, pigur yang lain dari yang lain. Selama ini, khususnya paska lahirnya era reformasi yang membuka kesempatan pemilihan langsung pada intinya masyarakat berharap mampu memperoleh pemimpin yang ideal, terutama menghasilkan pemimpin yang benar-benar mampu berempati terhadap perasaan masyarakat dan mampu memberikan kepemimpinan yang merealisasikan harapan masyarakat.

Namun berdasarkan pengalaman, dan kecenderungan yang umumnya terjadi dieseluruh daerah, pemilihan langsung tersebut ternyata tidak mampu melahirkan seorang pemimpin yang benar-benar sesuai dengan harapan masyarakat, bahkan pemimpin muncul justru banyak yang menjadi sumber dan bagian masalah keruwetanb kehidupan berbangsa dan bernegara. Ironisnya banyak pemimpin yang muncul hanya mengumbar janji muluk-muluk, manis dibibir dan tidak membumi pada saat kampanye, dan ketika terpilih menjadi pemimpin justru bersikap dan bertindak tidak sesuai dengan harapan  masyarakat, bahkan cenderung hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya dan hanya sekedar melampiaskan syahwat atau libido politiknya.

Yang membuat hati masyarakat semakin meringis dan membuat muak terhadap tingkah para politisi adalah panjangnya barisan para politisi terutama pemimpin daerah yang terlibat dalam kasus korupsi. Bahkan hasil perkembangan pembangunan di daerah selama era reformasi dinilai tidak memiliki perubahan secara signifikan jika dibandingkan dengan era orde baru, bahkan banyak objek pembangunan selama orde reformasi justru hanya proyek tambal sulam terhadap proyek yang sudah ada  sejak era sebelumnya, bahkan yang banyak terjadi justru pelapukan terhadap infrastruktur pembangunan yang sudah ada sebelumnya.

Selain  hasil perkembangan pembangunan yang tidak mampu menyentuh kepentingan umum masyarakat, kehidupan masyarakat dewasa ini justru semakin sulit secara ekonomi, banyak sektor-sektor industri yang merupakan tempat menggantungkan hidup hidup masyarakat semakin terabaikan bahkan hidup segan mati tidak mau akibat kompetisi kehidupan ekonomi yang semakin kapitalistik, liberal dan kebijakan pemerintah yang hanya berorientasi kepada kepentingan para pemilik modal besar maupun perusahaan transnasional.

Akumulasi pengalaman pahit dan kekecewaaan masyarakat ini melahirkan sebuah kerinduan terhadap munculnya pemimpin yang memiliki resonansi kepemimpinan empatik, mampu memahami dan menyelami harapan serta keinginan masyarakat serta mampu merealisasikan kepemimpinan yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

Kemenangan Jokowi pada putaran pertama pada pemilihan gubernur Jakarta dianggap sebagai sebuah contoh dan bukti bahwa telah terjadi suatu proses pemilihan kepala daerah yang mampu memunculkan seorang pigur pemimpin yang sesuai dengan harapan masyarakat, yaitu seorang pigur yang dianggap memiliki rekam jejak kepemimpinan merakyat, mampu mengemban amanah rakyat dan seorang pemimpin yang tampil apa adanya alias tidak penuh dengan polesan pencitraan sebagaimana umumnya terjadi disetiap pelaksanaan pemilihan langsung calon pemimpin kepala daerah maupun presiden.

Sumatera Utara sebagai salah satu propinsi terbesar di Indonesia dalam waktu yang tidak lama lagi akan melaksanakan pemilihan gubernur Sumatera Utara (PILGUBSU), dan sampai hari hiruk pikuk kegiatan yang mengarah kepada Pilgubsu tersebut telah sangat terasa, terutamakemeriahan  gerakan-gerakan politik untuk memunculkan pigur-pigur atau bakal calon gubernur yang akan  ikut dalam kompetisi pemilihan gubernur tersebut, aktivitas tersebut merupakan kebiasan yang memang seriing terjadi setiap kali akan berlangsung pemilihan kepala daerah dan merupakan sebuah pemandangan yang lajim dan bukan merupakan sebuah pemandangan yang asik bagi masyarakat Sumatera Utara.

Namun perkembangan yang sangat menarik ditengah-tengah perbincangan masyarakat Sumatera Utara menanggapi akan berlangsungnya pemilihan gubernur Sumatera Utara adalah fenomena pigur Joko Widodo walikota Solo yang berhasil unggul pada putaran pertama pemilihan gubernur Jakarta, pigur Joko Widodo tiba-tiba menjadi buah bibir bagi masyarakat Sumatera Utara dan menjadi sebuah pigur yang diharapkan akan muncul juga dalam proses pemilihan Gubernur Sumatera Utara yang akan datang.

Sebuah fenomena menarik dan sangat hangat diperbincangkan saat ini, oleh karena itu muncul sebuah pertanyaan yang menantang, yaitu mungkinkah fenomena pemilihan gubernur Jakarta akan terjadi di Sumatera Utara ? Khususnya memunculkan seorang calon pemimpin yang dianggap sesuai dengan harapan baru masyarakat, dengan kata lain adakah peluang terbuka untuk memunculkan calon pemimpin alternatif baru dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara ?

Dalam kehidupan ini segala sesuatu mungkin saja terjadi, bahkan adakalanya sesuatu yang terjadi tersebut muncul tiba-tiba diluar prediksi dan perkiraan sebelumnya. Bercermin pada pemilihan gubernur Jakarta, kemunculan Joko Widodo dalam panggung Pilgub Jakarta juga berlangsung dalam waktu yang singkat bahkan terkesan tiba-tiba dan diluar perencanaan dan diluar dugaan masyarakat sebelumnya, dan kemenangannya juga dalam puataran pertama pilgub Jakarta sama halnya diluar perkiraan.

Mencermati nama-nama atau pigur yang telah mengemuka dan telah beredar ditengah-tengah atmosfir kehidupan politik Sumatera Utara saat ini, sampai detik ini memang belum ada muncul seorang pigur yang dianggap memiliki setidak-tidaknya mampu mendekati pigur Joko Widodo. Disebut "Setidak-tidaknya" karena memang tidak mungkin kita mencari seorang pigur yang benar-benar sesuai denga Joko Widodo, jadi yang diinginkan masyarakat Sumatera Utara dalam hal ini adalah kemunculan seorang pigur calon gubernur yang mampu memberi harapan baru terutama dianggap akan mampu mengemban harapan masyarakat.

Sampai hari ini pigur-pigur bakal calon gubernur Sumatera Utara yang telah beredar namanya ditengah-tengah masyarakat pada umumnya merupakan pigur yang tidak asing lagi ditengah-tengah masyarakat, walau merupakan pigur yang sudah familer bagi masyarakat tetapi prestasi atau rekam jejak mereka yang dianggap sebagai sebuah nilai lebih dibandingkan dengan rekam jejak pemimpin atau tokoh masyarakat dan tokoh politik selama ini dianggap tidak ada, maka nama-nama yang tengah beredar tersebut dianggap biasa-biasa saja sama  seperti selama ini, bahkan pigur-pigur tersebuyt umumnya berasal dari kalangan birokrat yang selama ini telah dikenal masyarakat, bahkan ada diantaranya merupakan bagian dari lingkaran dekat tokoh-tokoh masyarakat dan politik yang selama ini telah berkecimpung ditengah-tengah kehidupan politik Sumatera Utara.

Bahkan banyak nama-nama yang muncul justru dari lingkaran keluarga tokoh-tokoh politik yang tidak asing lagi bagi masyarakat Sumatera Utara, mereka merupakan bagian dari tokoh masyarakat yang berasal dari keluarga yang memang telah memiliki pengalaman dan jaringan yang luas dalam kehidupan politik daerah dan nasional.

Gambaran tersebut diatas merupakan salah satu alasan utama munculnya suatu kerinduan ditengah-tengah masyarakat akan lahirnya seorang pigur pemimpin yang baru, munculnya pigur pemimpin yang dianggap tidak merupakan bagian dari kekuasaan yang telah pernah ada selama ini.

Keinginan masyarakat ini merupakan sebuah potret baru pemikiran masyarakat Sumatera Utara dewasa ini, dan menjadi sebuah keinginan yang menjadi sebuah kerinduan ditengah-tengah masyarakat, oleh karena itu partai politik yang memiliki kesempatan untuk mengususng calon gubernur Sumatera Utara dalam Pilgubsu yang akan datang ditantang untuk mampu membaca keinginan masyarakat ini dan kemudian dituntut untuk mampu mengusung bakal calon pigur Gubernur Sumatera Utara yang sesuai dengan harapan masyarakat Sumatera Utara  yang tengah berkembang saat ini.

Harapan tersebut sangat dirindukan oleh masyarakat Sumatera Utara melalui kepekaan partai politik yang memiliki perolehan suara signifikan di Sumatera Utara dan merupakan sebuah ujian terhadap pelaksanaan pemilihan gubernur Sumatera Utara yang akan datang, apakah pemilihan langsung Gubernur Sumatera Utara yang dikatakan sebagai sebuah proses kehidupan demokratisasi melalui pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk memilih sendiri calon pemimpinnya mampu menghasilkan seorang pemimpin yang sesuai dengan harapan masyarakat ? 

Atau pilgubsu yang akan segera berlangsung hanya merupakan kegiatan biasa-biasa saja sesuai dengan tuntutan konstitusi untuk hanya memilih calon pemimpin yang hanya sesuai dengan keinginan partai politik ? Atau hanya sebuah kegiatan rutin untuk meloloskan pemimpin yang hanya dari dan untuk kepentingan kelompok tertentu dan kalangan tertentu ? 

Kita nantikan respon Partai Politik di Sumatera Utara dalam mengusung pigur calon gubernur Sumatera

Tidak ada komentar:

Posting Komentar