Sabtu, 27 Oktober 2012

Memahami Sikap Amerika Dalam Politik Global melalui Debat Barack Obama Versus Mitt Romney


Mencermati debat calon Presiden Amerika Serikat antara Mitt Romney versus Barack Obama yang telah berlangsung sebanyak tiga kali menjadi sebuah etalase yang memajang produk aliran pemikiran yang sesungguhnya berkembang di tengah-tengah elit politik Negara adikuasa tersebut. Topik yang diperbincangkan dan diperdebatkan oleh kedua kandidat merupakan cerminan sikap Amerika dalam atmosfir kehidupan politik dan ekonomi kontemporer.
Wacana yang diperdebatkan kedua kandidat menjadi sebuah gambaran sekilas bagaimana sikap Amerika terhadap kondisi ekonomi dan politik global saat ini, dan menjadi indikator kebijakan pemerintah Amerika Serikat di masa akan datang. Tidak dapat dipungkiri, thema-thema yang diperdebatkan menunjukkan keadaan Amerika sesungguhnya saat ini, dari ketiga perdebatan yang dilakukan, ada beberapa poin yang menonjol menunjukkan sikap pemerintah Amerika, yaitu tentang kondisi perekonomian domestic Amerika yang belum pulih secara signifikan, kebijakan pemerintah Amerika dalam perihal pendapatan dari pajak, pandangan Amerika terhadap kehadiran China sebagai salah satu calon kekuatan ekonomi dan politik global, dan kebijakan politik luar negeri Amerika yang masih tetap berupaya mempertahankan posisi sebagai Negara adikuasa dan polisi dunia.
Dari semua materi yang diperbincangkan, ada satu benang merah yang dapat ditarik sebagai proyeksi bahwa kedua kandidat memiliki kesamaan pandangan untuk tetap berupaya menempatkan Amerika sebagai pusat kekuasaan global (Unipolar), pandangan seperti ini menunjukkan bahwa kedua kandidat masih merupakan duplikasi pemimpin Amerika yang akan melanjutkan pengaruh kekuatan hegemonik. Dengan demikian, siapa pun yang akan terpilih menjadi Presiden Amerika pada pemilihan yang akan dating kebijakan politik dan ekonomi Amerika akan masih tetap sama dengan kebijakan-kebijakan pemimpin Amerika sebelumya, walau Presiden Amerika berganti pengaruhnya tidak akan memberikan diferensiasi baru terhadap atmosfir kehidupan politik global, Amerika akan tetap berupaya menjadi penguasa global.
Kekuatiran Amerika yang sangat berlebihan terhadap keberadaan China terungkap dalam wacana debat antara Barack Obama dengan Mitt Romney. Romney menyatakan akan mengambil garis keras melawan Cina karena dianggap memanipulasi nilai mata uanganya, yang menyebabkan angka pengangguran di AS membengkak. Dia mengatakan, sebagai presiden, dia akan mengadopsi kebijaksanaan menguntungkan bagi industri demi terbukanya lapangan pekerjaan di AS. Pemerintahan Obama, dilain kesempatan juga menuduh Cina telah melakukan subsidi ilegal terhadap industri ekspor otomotif dan melakukan dumping terhadap barang-barang dari Amerika.
Pertumbuhan volume ekonomi Cina yang menakjubkan ini telah lama menghantui dan menakutkan bagi Amerika, dan merupakan sebuah gambaran pihak Amerika memiliki kekuatiran sangat tinggi akan kemampuan Cina menjadi salah satu kekuatan baru dalam politik global. Tidak dapat dipungkiri volume ekonomi suatu Negara akan mempengaruhi keberadaan suatu Negara sebagai salah satu kekuatan politik global, Cina saat ini tengah mengarah ke posisi menjadi salah satu kekuatan ekonomi dan politik global yang mesti diperhitungkan, dan diprediksi Cina akan menjadi simpul kekuatan geopolitik asia pasifik.
Amerika sebagai satu-satunya Negara adikuasa paska runtuhnya Uni Soviet merasa mendapat pesaing baru dengan kehadiran Cina, maka dalam kepemimpinan Presiden Amerika yang akan datang fenomena ini akan tetap mewarnai atmosfir kehidupan politik global. Namun dalam menyikapi kondisi ini masing-masing pemimpin Amerika memiliki gaya sendiri-sendiri, dalam debat yang berlangsung secara kasat mata dapat dilihat bahwa Romney sebagaimana biasanya Presiden dari Partai Republik mempertontonkan gaya lebih radikal menentukan sikap dan kebijakan terhadap Negara lain yang dianggap mengusik kepentingan ekonomi dan politik Amerika.
Jika Romney yang terpilih menjadi Presiden Amerika masa mendatang diprediksi pendekatan yang akan dilakukan terhadap Cina cenderung akan lebih radikal dibandingkan dengan gaya Barack Obama yang selama ini sudah Nampak cenderung mengandalkan pendekatan soft power.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar