Minggu, 27 Mei 2012

MEMAHAMI PERBEDAAN ANTARA WANITA DAN PRIA(1)

BUKU HARIAN ISTRI  :
                Minggu malam dia bertingkah aneh. Sebelumnya kami berjanji bertemu di Café, aku shopping seharian  dengan teman-temanku sehingga mungkin dia kesal karena aku agak terlambat sampai di Café, tetapi dia tidak berkomentar.
                Ngobrolnya nggak nyambung, jadi aku usulkan agar kita pergi ke suatu tempat yang agak sepi  supaya ngobrolnya lebih enak, dia setuju tapi tetap diam dan berjarak, aku tanyakan apa yang salah ? Dia jawab “Tak Ada !!!”.   Aku tanyakan apa kesalahanku yang membuadnya kesal,  Dia bilang hal ini tidak ada kaitannya denganku dan minta aku tidak usah kuatir.
                Dalam perjalanan pulang didalam mobil, Ku bilang aku mencintainya, Dia cuman tersenyum tipis dan terus menyetir dengan pandangan matanya lurus kedepan.  Aku bingung dan tidak paham bagaimana sikapnya saat itu, aku tak habis pikir kenapa dia tidak menjawab “ Aku juga cinta kamu “.
                Sesampai dirumah aku benar-benar merasa asing dan seakan-akan kehilangan dia, bahkan berpikir bahwa dia tidak menghendaki aku lagi karena dia saat itu hanya duduk ,diam membisu sambil menonton TV, Dia terlihat jauh dan menghilang………
                Akhirnya aku putuskan untuk masuk kamar sendirian dan tidur, sekitar 10 menit kemudian dia datang menyusul kedalam kamar. Aku tidak bisa memejamkan mata dan tidak tahan lagi menanggung perasaan kesalku sehingga kuputuskan  untuk menghadapinya dan menanyakan secara langsung apa sebenarnya persoalan yang membuad sikapnya dingin, eh ternyata dia langsung tertidur tanpa menghiraukan aku. Aku mulai menangis karena sedih sehingga akhirnya tertidur juga karena keletihan menangis.
BUKU HARIAN SUAMI :
Hari  ini team kesayanganku “MANCHESTER UNITED” kalah…!!!
                Rumit benar ya ungkapan perasaan seorang wanita yang terungkap dalam buku hariannya, sedangkan sang pria simpel benar, tetapi inilah salah satu analogi yang menggambarkan perbedaan yang nyata dalam diri mereka masing-masing, namun karena cinta dan kisah penciftaan mereka harus bersatu sebagai pasangan suami istri (Pasutri).
Perkawinan pada essensinya merupakan suatu proses dan momentum untuk menyatukan laki-laki dan wanita kedalam suatu ikatan resmi menjadi suami istri, dan secara alkitabiah orang yang telah dipersatukan oleh Tuhan tidak dapat lagi dipisahkan, dan mereka bukan lagi dua melainkan “satu”.
                Kata satu diatas sengaja diberi dua tanda seru karena hal itulah yang menjadi inti paling menarik dalam wacana tentang perkawinan, setiap pasutri paham dan menyadari bahwa melalui perkawinan tidak ada lagi sekat pemisah diantara mereka berdua, masing-masing sadar bahwa mereka sudah saling memiliki dan menyatu. Karena sadar atas posisi yang saling memiliki inilah adakalanya pasangan ini sering saling menuntut lebih, hal itu wajar dalam pandangan mereka karena memang si suami sudah milik mutlak sang istri dan demikian juga sebaliknya.
                Seorang pria berharap pasangan wanitanya berpikir, berkomunikasi, bersikap dan bertindak seperti dirinya, demikian juga si wanita mengharapkan sang pria merasa, berkomunikasi dan memberi tanggapan  seperti yang diharapkannya, namun mereka berdua sering merasa kecewa dengan harapannya masing-masing. Dalam kerangka pemikirannya, apabila pasutri sudah saling mencintai maka mereka akan bereaksi dan bertingkah laku dengan cara  yang diinginkan masing-masing,  namun dalam kenyataan kehidupan sehari-hari sering sekali sikap dan tindakan pasangan kita tidak seperti yang kita inginkan dan tidak seperti yang kita harapkan,  dengan kata lain kita sering mengharapkan pasangan kita menginginkan apa yang kita inginkan, ingin merasakan apa yang kita rasakan dan ingin melakukan apa yang kita lakukan namun sayang  justru yang terjadi adalah tidak seperti yang kita inginkan.
                Karena begitu besarnya harapan kita terhadap makna cinta maka kita sering  lupa dan tidak sadar bahwa pada dasarnya kita berbeda, dan kita lupa disatukan oleh lembaga perkawinan dari latar belakang yang berbeda. Pada lajimnya seorang pria  ketika menghadapi problem atau ketika menghadapi ketegangan  cenderung menyendiri dan memikirkan persoalannya dalam diam, sedangkan seorang wanita ketika menghadapi masalah secara naluriah menganggap perlu mengungkapkan  dan memperbincangkan apa yang merisaukannya. Pada umumnya seorang pria akan termotivasi dan merasa dihargai oleh pasangannya apabila dibutuhkan, sementara wanita akan termotivasi bila mereka merasa dihargai.
                Pria sangat menghargai kekuasaan, keterampilan, efesiensi dan prestasi dan akan selalu melakukan itu untuk membuktikan dirinya dan menunjukkan kemampuan dan keungulannya, untuk mewujudkan kepuasannya seorang pria akan berusaha meraih puncak keberhasilan dengan kemampuan dirinya sendiri, mencapai tujuan atau target sangat penting bagi pria untuk membuktikan dan mengungkapkan kemampuannya dan pria merasa bangga apabila mampu melakukan sesuatu sendirian.
                Karena ingin memecahkan masalahnya sendirian maka seorang pria jarang membicarakan problemnya  kepada orang lain kecuali dia membutuhkan nasihat dari ahli, pria berpikir “Mengapa melibatkan orang lain kalau aku dapat melakukan sendiri”, maka apabila seorang wanita menawarkan sebuah nasihat yang tidak diminta, dan seorang  pria justru mengganggap itu sebagai  tuduhan bahwa dirinya lemah dan tidak mampu melakukan sesuatu sendirian.
                Karena terbiasa memecahkan masalah sendirian maka seorang pria akan menawarkan solusi atau pemecahan masalah (problem solving) atau memberi nasihat apabila wanita mengungkapkan perasaannya atau kekecewaannya, dalam hal ini seorang pria ingin menunjukkan bahwa dia sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi pasangannya sehingga menganggap layak dihargai dan merasa wajar dicintai karena sumbangsihnya. Apabila nasihat yang ditawarkannya ini ditolak oleh wanita maka dia merasa tidak berguna, pria lupa bahwa ada kalanya seorang wanita mengungkapkan perasaannya bukan karena membutuhkan pemecahan.
                Seorang wanita merasa puas apabila dapat berbagi perasaannya dengan orang lain dan lebih mengutamakan keselarasan hidup bersama,  komunikasi menjadi kebutuhan utama daripada mencapai sasaran-sasaran, mereka lebih mementingkan pengungkapan kebaikan, cinta dan perhatian karena wanita sangat intuitif dan merasa bangga jika mampu memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang lain, untuk membuktikan rasa cintanya yang besar maka seorang wanita menawarkan bantuan dan pertolongan kepada orang lain tanpa diminta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar