Jumat, 01 Juni 2012

MERETAS BELENGGU "CINTA BUTA " Menerima kekurangan sebagaimana adanya.


Suatu ketika, ada seorang gadis buta , yang menyesali kondisinya  dan selalu mengeluh karena tidak bisa melihat, namun kekasihnya seorang pria yang sabar, sehingga selalu setia menemaninya, berbagi cerita dan  membantu sang gadis dalam suka dan duka. Di suatu hari, tepatnya ketika  malam minggu, untuk memberi motivasi agar tegar  menjalani kehidupan si pria menuturkan ceritera dengan judul “Rintihan Anak Kerang”  :
Anak kerang sedang merintih kesakitan karena didalam tubuhnya ada sebutir pasir yang melekat menusuk, sehingga  membuat tubuhnya terasa nyeri, terluka dan berdarah. Ditengah rintihan menahan pedih dan rasa sakit anak kerang memohon dengan sangat kepada ibunya agar berkenan mengeluarkan sebutir pasir tersebut, karena memang sangat menyakitkan  dan  tidak tertahankan ,  semakin lama semakin tidak kuat lagi menahan rasa sakit.
         Namun ibunya berujar “Anakku, kita sudah ditakdirkan tidak memiliki tangan, sehingga ibu tidak memiliki kemampuan untuk mengambil sebutir pasir yang ada dalam tubuhmu, karena itu berusahalah  semampumu untuk menahan rasa sakit,  dan menerima keadaan serta takdir kita yang tidak memiliki tangan. Untuk mengurangi rasa sakit dan perih keluarkanlah lendirmu membasahi sekeliling tubuhmu, terutama membasahi  sekitar kulitmu yang tertusuk pasir,  dengan demikian semoga  rasa sakit yang kau rasakan  dapat berkurang.
Hari berganti hari anak kerang itupun menjalani hidupnya dengan menanggung beban penuh rasa sakit, dan berupaya sekuat tenaga bertahan menahan penderitaan seiring berharap suatu ketika akan muncul mukjijat atau dewa penolong.
Namun ditengah beban menanggung penderitaan itu adakalanya muncul keinginan memprotes keadaan,  “betapa tidak sempurna  hidupku” keluhnya, dan disaat lain mengumpat “Maha pencifta tidak adil….!!!”.  Dan banyak lagi ungkapan rasa kesal yang dikeluarkannya.
Beberapa waktu kemudian ternyata sebutir pasir yang ada didalam tubuh kerang itu berubah wujud menjadi sebutir permata. Dan dari hari ke hari permata itu semakin besar dan indah.
Permata itu menjadi sebuah benda abadi yang tidak lapuk di musim hujan dan tidak retak dikala musim kemarau, abadi sepanjang masa dan berharga nilainya. Anak kerang tersebut kemudian berubah wujud menjadi sebuah permata yang berharga dan diburu umat manusia, nilainya kian berharga dan lebih berharga daripada kerang-kerang  lain yang hanya menjadi santapan manusia.

 Setelah menyampaikan ceritera tersebut si pria berharap gadis pujaannya mampu bangkit dari rasa sesalnya dan  mau menjalani hidup ini dengan penuh semangat.  Setelah selang beberapa waktu kemudian si Pria menyampaikan keinginan hatinya yang ingin mempersunting si gadis menjadi istrinya.
Namun tanpa di duga si gadis memberi sebuah syarat, dia akan bersedia menikah apabila suatu saat bisa melihat atau tidak buta lagi.  Si Pria juga menyimpan rasa kecewanya didalam hati tanpa mengucapkan kata sesal kepada orang yang dicintainya itu. 
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu, sehingga akhirnya sang gadis dapat melihat seisi alam semesta dengan sempurna, dan kemudian sang pria yang sedari tadi berada disampingnya kemudian bertanya kepada si gadis : ” Sayang … sekarang kamu sudah bisa melihat,  apakah engkau mau menikah denganku?”
Gadis itu kaget dan tiba-tiba kecewa berat,  karena kekasihnya yang berada disampingnya ternyata  buta, si gadis akhirnya menolak untuk dinikahi sang pria yang selama ini telah setia mendampinginya.
Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik kedua mata yang telah aku berikan kepadamu.” I Love You.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar