Jumat, 01 Juni 2012

KAPITALISME 0.4 "BAJU BARU" STATE CAPITALISM (2)


STATE CAPITALISM
Pemberian nama Kapitalisme 0.4 sebagai buah hasil analisa terhadap siklus kehidupan kapitalisme sejak tahun 1776 yang disusun menjadi tiga fase, Anatole Kaletsky berupaya menawarkan pemikirannya tentang “system ekonomi dengan baju baru”  serta “ dandanan baru” Kapitalisme 0.4 yang  sebenarnya merupakan pengulangan kembali (back to Basic) aliran pemikiran ekonomi Keynesian. Pengulangan ini seakan membenarkan terjadinya kepanikan dan kebingungan ditengah-tengah para pemeluk aliran kapitalisme dan membenarkan  judul buku Joseph E Stiglitz dalam edisi bahasa Perancis “Quand le capitalisme perd la tete” yang artinya “Ketika kapitalisme hilang akal” , dan dalam edisi bahasa Indonesia diberi judul “Dekade Keserakahan”.
Pengulangan-pengulangan dan pertarungan gagasan ini memang telah lama terjadi di Amerika Serikat, beberapa tahun terakhir juga terjadi perbedaan pandangan antara Ronald Reagan dengan Bill Clinton tentang peran penting Negara di Pasar versus pentingnya peran Negara di pasar, terutama dalam kerangka  memperbaiki keterbatasan dan kegagalan pasar serta keinginan untuk mewujudkan “Keadilan Sosial”.
Di Amerika Serikat telah lama terjadi proses gugatan terhadap system perekonomian “Laissez Faire” yang pada intinya berprinsif  bahwa pasar akan dengan sendirinya membuahkan hasil-hasil yang efesien. Pertarungan gagasan ini muncul setiap kali muncul krisis ekonomi dan skandal korporasi, skandal akutansi dan skandal financial  Ketika terjadi siklus lonjakan dan peluruhan ( boom and bust cycle ) maka pertarungan gagasan ini semakin mencuat yang  pada essensinya penentang  “Laissez Faire” menunjukkan  kerinduaannya  terjadi keseimbangan yang tepat peranan antara Negara dan pasar, karena berdasarkan pengalaman ternyata pasar itu, terutama pasar financial sarat dengan “informasi asimetrik” atau informasi tak sempurna, yaitu situasi dimana sejumlah orang memiliki informasi yang tidak dimiliki oleh  pihak lain.   
Pertarungan gagasan itu sekarang semakin menggelobal seiring makin disadarinya betapa rentannya era globalisasi ini tersengat krisis ekonomi, bahkan seperti ungkapan yang mengemukan “Jika Amerika Serikat bersin maka Meksiko akan mengalami pilek”, ketika Amerika Serikat mengalami krisis ekonomi akibat skandal suprime mortagage tahun 2008 ternyata benar bahwa Negara lain di berbagai belahan dunia ini ikut kena imbasnya sehingga sesuai dengan apa yang dikatakan Anthony Gidden dalam bukunya The Third Way bahwa kita sekarang hidup ditengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian, dan akibat krisis ekonomi Amerika Serikat 2008 tersebut turut mempengaruhi Eropah  berada diambang kepudaran  keelokan dan pesona-nya.
Ironisnya, kondisi ekonomi, keuangan dan hutang Yunani ini sangat mempengaruhi kondisi perekonomian Negara anggota kawasan Eropa lainnya karena utang Yunani yang berupa obligasi itu sebagian besar dimiliki oleh perbankan Eropa. Sampai Juni lalu tercatat perbankan Perancis memegang 56,74 miliar dolar, Jerman 33,97 miliar dolar, Inggris 14,06 miliar dolar, dan Portugal 10,28 miliar dolar. Bayangkan jika Yunani gagal bayar, perbankan tersebut akan collaps. Amerika sebagai negara dengan skala ekonomi terbesar ikut terkena imbas krisis utang Eropa, dan merupakan salah satu factor yang menimbulkan kelambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
Amerika Serikat juga memiliki beban utang yang sangat  mengkuatirkan  karena pemerintah sudah melebihi produk domestik bruto, sehingga Standar & Poor’s menurunkan rating utang Amerika dari AAA menjadi AA+. Membengkaknya utang pemerintah Amerika ini berperan menimbulkan terjadinya krisis global.
Karena dahsyatnya pengaruh dan saling ketergantungan perekonomian antar Negara di era yang dijuluki Zaman Globalisasi ini, maka krisis yang terjadi di suatu Negara akan memberikan efek juga terhadap Negara lain, Negara-negara di kawasan Eropa telah merasakan akibatnya dan kini diambang kemerosotan kebesaran ekonominya, Negara di kawasan Eropa yang memiliki kejayaan Ekonomi tinggal Jerman, Inggris dan Perancis walau sebenarnya Negara- Negara ini juga merasakan efek krisis dari Negara lainnya.
Amerika  Serikat yang selama ini sebagai sebuah Negara super power dan sebagai Negara yang memiliki kemampuan ekonomi yang sangat diperhitungkan keberadaannya ternyata dengan terjadinya krisis 2008 menjadi salah satu indicator bahwa sesungguhya perekonomian Amerika Serikat juga rapuh dan rentan terserang efek penyakit atau krisis ekonomi di Negara lain.
Bercermin dari kerentanan perekonomian Negara yang gampang terimbas krisis ekonomi dan fenomena “Gelombang Semu Perekonomian” maka akhir-akhir ini makin mengental pemikiran untuk mengoreksi total pelaksanaan “Kapitalisme Liberal” dengan melirik kembali daya tarik  Kapitalisme Negara (state capitalism) yaitu lebih memberdayakan peran dan fungsi perusahaan milik Negara (Badan Usaha Milik Negara / BUMN) serta meningkatkan kepemilikan Negara  dalam perusahaan Negara.
Didalam system perekonomian yang menganut  state capitalism ini Negara memang memilliki peranan sangat penting, karena perusahaan yang beroperasi dimiliki dan dikendalikan oleh negara (state own company). Ceritera keberhasilan peranan dan sepak terjang perusahaan Negara Nampak dengan jelas di China, perusahaan-perusahaan milik Negara China selain mampu menjadu tuan didalam pasar negerinya sendiri sekarang telah berhasil merambah pasar di berbagai Negara. Selain di China masih ada perusahaan-perusahaan Negara yang memiliki potensi besar seperti di Rusia, Brazil, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia dan Singapura.
Sepak terjang perusahaan milik Negara ini ternyata mampu menunjukkan kemampuannya dalam menguasai pasar dunia, seperti Perusahaan gas alam Gazprom milik Rusia merupakan perusahaan gas terbesar dunia. Sinopec Grup dan PetroChina perusahaan raksasa minyak nomor tiga dan empat dunia setelah Shell, Exxon Mobile, dan BP. Arab Saudi memiliki Saudi Basic Industries Corporation, perusahaan kimia yang paling menguntungkan di dunia. Rusia memiliki Sberbank, bank dengan kapitalisasi terbesar ketiga di Eropa. Industri komunikasi Cina, China Mobile, memiliki pelanggan sebanyak 600 juta..
Didalam system State capitalism, perusahaan Negara juga memiliki kapitalisasi pasar di pasar modal di negara masing-masing,  Cina misalnya, perusahaan negara di sana menguasai kapitalisasi pasar sebesar 80 persen, kemudian Rusia 62 persen, sedangkan Brazil 38 persen.
Dalam prakteknya, kapitalisme negara ini memiliki varian yang berbeda di tiap negara. Di Cina pengaruh partai sangat kuat. Partai Komunis sebagai partai yang berkuasa sangat menentukan siapa yang akan memimpin perusahaan negara, meskipun sebagaian juga dipilih dari orang-orang profesional. Di Rusia pemerintah membeli perusahaan besar yang sebelumnya dimiliki oleh swasta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar