Jumat, 28 September 2012

BANK DUNIA SIAPA YANG PUNYA


Oleh : Joseph E. Stiglitz
http://topics.nytimes.com
Dicalonkannya Jim Yong Kim sebagai Presiden Bank Dunia oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama disambut baik--dan memang seharusnya demikian, terutama dengan adanya nama-nama lain yang disebut-sebut juga sebagai calon. Dalam diri Kim, seorang guru besar kesehatan masyarakat yang sekarang menjabat Rektor Dartmouth University dan sebelumnya memimpin departemen HIV/AIDS pada Organisasi Kesehatan Dunia, Amerika telah mengajukan seorang calon yang kuat. Tapi kebangsaan calon dan negara yang mencalonkannya--baik yang kecil dan miskin maupun yang besar dan kaya-–seharusnya tidak berperan dalam menentukan siapa yang akan memegang jabatan itu.
Kesebelas orang direktur eksekutif Bank Dunia yang mewakili negara-negara berkembang dan negara-negara emerging market telah mengajukan dua calon yang tidak kurang kuatnya, yaitu Ngozi Okonjo-Iweala dari Nigeria dan Jose Antonio Ocampo dari Kolombia. Saya telah bekerja sama yang erat dengan kedua calon ini. Keduanya kelas satu, pernah menjabat menteri dengan berbagai portofolio, menunjukkan kinerja yang pantas dikagumi dalam posisi-posisi puncak di lembaga-lembaga multilateral, dan memiliki keterampilan diplomasi serta kecakapan profesional untuk jabatan yang diperebutkan itu. Mereka memahami seluk-beluk keuangan dan ekonomi, yang merupakan inti tugas Bank Dunia, serta memiliki jaringan koneksi yang bakal meningkatkan efektivitas tugas Bunk Dunia.
Okonjo-Iweala memiliki pengetahuan mengenai Bank Dunia sebagai seorang insider, sedangkan Ocampo, seperti Kim, memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai seorang outsider. Ocampo, guru besar yang dikagumi di Columbia University, sangat akrab dengan Bank Dunia. Ia sebelumnya menjabat bukan hanya menteri ekonomi dan keuangan, tapi juga pertanian-–suatu kualifikasi yang sangat penting, mengingat sebagian besar rakyat miskin di negara-negara berkembang bergantung pada pertanian. Ia juga memiliki kredensial yang mengesankan mengenai lingkungan, dan menangani suatu kepedulian sentral lainnya dari Bank Dunia.
Baik Okonjo-Iweala maupun Ocampo memahami peran lembaga-lembaga keuangan internasional dalam menyediakan kebutuhan global akan public goods. Sepanjang karier mereka, hati dan pikiran mereka tercurah pada pembangunan, dan pada pencapaian misi Bank Dunia untuk mengentaskan masyarakat miskin. Mereka telah meletakkan perintang yang tinggi bagi setiap calon yang diajukan Amerika.
Banyak hal yang dipertaruhkan. Hampir 2 miliar orang masih hidup dalam kemiskinan di negara-negara berkembang, sedangkan Bank Dunia tidak mampu memecahkan masalah ini sendirian, tapi ia memainkan peran utama. Walaupun dinamakan demikian, Bank Dunia terutama merupakan lembaga pembangunan internasional. Spesialisasi Kim di bidang kesehatan masyarakat sangat penting, dan sejak dulu Bank Dunia sudah mendukung prakarsa yang inovatif di bidang ini. Tapi kesehatan masyarakat cuma merupakan bagian kecil dari “portofolio” Bank Dunia, dan ia khasnya bekerja di bidang ini bersama mitra yang membawakan kepakaran di bidang kedokteran.
Ada rumor yang mengatakan Amerika kemungkinan besar akan ngotot mempertahankan proses seleksi yang tidak wajar ini, dengan ia yang menentukan siapa yang akan menjabat Presiden Bank Dunia semata-mata karena, dalam tahun pemilihan presiden di Amerika sekarang ini, pesaing-pesaing Obama akan membesar-besarkan hilangnya kendali Amerika atas Bank Dunia sebagai tanda kelemahan. Dan, bagi Amerika, dipertahankannya kendali pemilihan Presiden Bank Dunia itu lebih penting daripada direbutnya kendali itu oleh negara-negara berkembang.
Sesungguhnya negara–negara emerging market yang lebih kuat di antara mereka sadar bagaimana hidup dalam sistem yang ada sekarang, dan mereka mungkin akan memanfaatkan kenyataan ini. Mereka sebenarnya akan memperoleh IOU, surat pengakuan utang, yang bisa mereka uangkan untuk sesuatu yang lebih penting. Kenyataan politik pada saat ini tidak memungkinkan terjadinya perebutan kepemimpinan Bank Dunia. Amerika pada akhirnya akan tetap menguasai Bank Dunia, tapi dengan harga seberapa besar?
Andai kata Amerika ngotot mengendalikan proses seleksi, maka Bank Dunia itu sendiri yang akan menderita. Selama bertahun-tahun efektivitas kerja Bank Dunia telah diperlemah, karena ia dianggap sebagai alat pemerintah di negara-negara Barat dan sektor keuangan serta korporat di negara-negara tersebut. Ironisnya, bahkan kepentingan jangka panjang Amerika bakal diuntungkan dengan komitmen-–bukan cuma dalam ucapan, tapi dalam perbuatan-–pada merit system, kualifikasi, dan kinerja serta tata kelola yang baik.
Satu prestasi yang katanya dicapai G-20 adalah kesepakatan mereformasi tata kelola lembaga-lembaga keuangan internasional-–yang paling penting terutama bagaimana pemimpin lembaga-lembaga itu dipilih. Mengingat kepakaran mengenai pembangunan terutama terdapat di negara-negara berkembang dan emerging market–-bukankah merekalah yang menghayati pembangunan-–maka tampaknya wajar kalau Presiden Bank Dunia datang dari negara-negara itu. Mempertahankan suatu cabal, kelompok rahasia di antara negara-negara maju, dengan ditetapkan bahwa yang memilih Presiden Bank Dunia adalah Amerika dan yang memilih ketua Dana Moneter Internasional (IMF) adalah Eropa, tampaknya sangat anakronistik dan membingungkan pada saat ini ketika Bank Dunia dan IMF sudah berpaling ke negara-negara emerging market sebagai sumber dana.
Sementara itu, Amerika, masyarakat internasional, dan Bank Dunia sendiri berkali-kali menekankan pentingnya tata kelola yang baik, suatu prosedur seleksi yang de facto meletakkan penunjukan Presiden Bank Dunia di tangan Presiden Amerika merupakan penghinaan terhadap pentingnya tata kelola yang baik itu. Okonjo-Iweala mengemukakan hal ini dengan kuat dalam sebuah wawancara dengan The Financial Times: yang dipertaruhkan ini adalah persoalan kemunafikan. Integritas negara-negara industri maju yang memiliki mayoritas suara di Bank Dunia sekarang sedang diuji.


Joseph E. Stiglitz
GURU BESAR DI COLUMBIA UNIVERSITY, PERAIH HADIAH NOBEL EKONOMI, PENGARANG BUKU FREEFALL: FREE MARKETS AND THE SINKING OF THE GLOBAL ECONOMY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar