Rabu, 12 September 2012

KANCIL : Kecerdasan Tanpa Karakter

Kancil nyolong timun, kancil mencuri timun adalah dongeng anak yang populer di Indonesia. Di ceritakan bagaimana kecerdikan kancil mengalahkan petani. Seorang petani menanam timun dikebunnya dan merasa jengkel sekali ketika timun-timun yang siap dipanen selalu dicuri kancil. Berulang-kali dan berulang-kali. Akhirnya pak tani tahu cara mengatasi kancil. Dibuatlah orang-orangan sawah yang mirip dirinya. Orang-orangan sawah itu diberinya pulut atau semacam getah yang lengket, dengan perkiraan jika kancil memegang orang-orangan sawah itu dia akan lengket dan tidak bisa lari lagi. 

Sesuai yang digambarkan oleh petani, kancil datang ke kebun dan pengin mencuri timun seperti biasanya. Agak takut tetapi kacil merasa heran, pak tani kok diam saja. Di dekati dan ditampar orang-orangan sawah itu. Kancil lengket, tak bisa lari! Sore hari pak tani datang ke kebun dan sangat senang dapat menangkap kancil yang selama ini mencuri timunnya. 

Kancil diikat, dibawa pulang dan dimasukkan ke kandang. Besok pagi, rencana pak tani adalah menyembelih kancil itu. Malamnya, anjing pak tani, seperti biasa keliling rumah untuk menjaga rumah. Sampailah anjing di kandang di mana kancil ‘dipenjara’. Terjadilah dialog, “Hei kancil kenapa kau di dalam kandang?” tanya si anjing. Kancil dengan tangkas menjawab, ”ya aku kan besok mau dijadikan menantu oleh pak tani.” Akhirnya karena anjing pengen juga menjadi menantu pak tani, anjing masuk kandang dan kancil lepas, lari dengan suka ria dan bangga bisa menipu anjing 

Cerita kancil ini begitu populer di kalangan anak-anak, paling tidak terutama anak-anak sebelum era Doraemon. Kalau kita lihat fakta sosial selama orde reformasi ini, dongeng ini seakan memberikan ilustrasi yang pas. Katakanlah nama kancil itu adalah Nurdin Halid, ketua umum PSSI atau nama generiknya adalah koruptor – oligarki – pemburu rente. Sayangnya, cerita kancil itu sering berujung pada pemujaan kita pada kancil dan kecerdasannya. Mimpi untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia -atau sodoran mimpi menjadi menantu pak tani dalam dongeng di atas - tiba-tiba menjadikan Nurdin Halid menjadi sosok yang dipuja, dan tentunya juga dengan suka ria lepas bebas dari lembah nista sosial. 

Kecerdasan adalah hal yang patut diraih, tetapi kecerdasan tanpa karakter adalah kecerdasan yang siap dipakai oleh siapa saja demi kepentingan apa saja, termasuk menipu rakyat demi kepentingannya sendiri. 

Bagaimana mengalahkan kecerdasan yang menipu rakyat ini? Kecerdasan para koruptor, oligarki dan pemburu rente ini? 

Keong, dengan kecerdasan dan kemampuan mengorganisir diri mampu mengalahkan kancil. Keong yang berderet-deret, selain wujud dari kecerdasan adalah juga merupakan bentuk kemampuan keong mengorganisir diri. Keong tahu bahwa dia mempunyai kecerdasan dan teman-teman yang bisa mengorganisir diri untuk bersama-sama mengalahkan kancil yang sombong dan congkak. 

Rakyat harus cerdas melawan oligarki dan pemburu rente sehingga tidak mudah dibohongi. Tetapi itu belum cukup, rakyat juga harus bersama-sama mengorganisir dirinya.*** (Greg, 26/4/09)  PERGERAKAN KEBANGSAAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar