Kamis, 13 September 2012

NJUNJUNGI BERAS PIHER DALAM MASYARAKAT KARO DAN GEREJA


Dalam mayarakat Karo, salah satu etnis yang ada di Propinsi Sumatera Utara, ada sebuah acara ritual yang dikenal dengan "NJUNGJUNGI  BERAS PIHER" atau sering juga disebut dengan "BERAS TUNGGUNG".
Kegiatan ini dilakukan dengan meletakkan beberapa genggam beras di kepala seseorang, orang yang memberikan segemgam beras tersebut, sambil meletakkan segemgam beras di kepala seseorang biasanya diiringi dengan pengucapan kata-kata yang berisi ungkapan pengharapan, berkat dan doa. 
Masyarakat Karo dahulu melakukan ritual ini umumnya ketika mengalami suatu kondisi penderitaan dan kemalangan. Namun saat ini ritual Njunjungi Beras Piher lebih sering dilakukan dalam rangka mengungkapkan pengharapan , memberikan berkat ataupun sebagai doa, dan sering juga dilakukan justru ketika acara suka, misalnya berhasil dalam karir, jabatan baru, menyelesaikan pendidikan, bahkan saat ini sering dilakukan dalam acara pemberkatan pernikahan. Dan bahkan beberapa gereja telah mengadopsi ritual ini sebagai salah satu bentuk acara dalam pemberkatan pernikahan di gereja.
Dalam gereja Katolik khususnya dalam acara pemberkatan perkawinan kegiatan Njunjungi  Beras Piher sudah lajim dilakukan yaitu sesudah acara pernyataan janji nikah dilakukan oleh kedua mempelai pengantin maka imam mengambil Beras Piher, dan meletakkannya diatas kepala kedua mempelai, setelah imam melakukannya maka selanjutnya diikuti oleh orang tua dan sanak keluarga, hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk ungkapan selamat menempuh hidup baru, dan sebagai salah satu penyampaian pengharapan agar kedua mempelai sukses serta berbahagia dalam rumah tangganya.
Dengan dimasukkannya acara Njungjungi Beras Piher dalam acara pemberkatan pernikahan di dalam gereja maka telah terjadi proses inkulturasi nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat  karo dalam memaknai Njunjungi Beras Piher yaitu meyakininya dengan mempergunakan kaca mata iman gereja.
Walaupun hal tersebut dipergunakan dalam acara gereja namun nilai-nilai philosopis yang terkandung dalam ritual Njunjungi Beras Piher tersebut masih tetap sama, karena dalam pelaksanaannya dalam liturgi gereja juga masih melakukannya dengan  cara dan bentuk yang hampir sama, yaitu ketika meletakkan segemgam beras di kepala kedua pengantin kata-kata berkat atau pengharapan yang diucapkan masih tetap sama seperti sebagaimana lajimnya yaitu terdiri dari kata demi kata sebagai berikut :

Sada, ersadalah min pagi rusur arihndu ibas jabundu” (Satu, bersatulah selalu pemikiranmu dalam keluargamu ini);
Dua, ula erdua-dua ukur muat si mehuli ras ndalinken pedah Dibata” (Dua, jangan berdua hati menerima kebaikan dan dalam menjalankan firman Allah);
Telu, talukenlah si ilat ras si jahat alu perbahanen si mehuli” (Tiga, kalahkanlah kuasa kegelapan dan kejahatan dengan perbuatan baik);
Empat, selpat liah-liah, nangtang banga kelaisa ras ukur gulut” (Empat, enyah sial, lepas malapetaka dan dan dukalara);
Lima, ertima rejeki tuah raduken sangap” (Lima, Tibalah rejeki, tuah beserta kemujuran);
Enem, gelem ulih latih” (Enam, genggam hasil pencaharian);
Pitu, pitut ate kalak nembeh, ate kalak cian” (Tujuh, tutup segala kesialan, jangan membuat orang sakit hati dan dengki);
Waluh, naruh toto ras pasu-pasu Kalimbubu, Anak Beru ras Senina” (Delapan, Datang dan hadir doa dan berkat segenap kerabat);
Siwah, nilah kerina si la mehuli ibas perdalinen geluh perjabunndu” (Sembilan, singkirlah semua yang buruk dalam perjalanan perkawinanmu);
Sepuluh, ersepuh babah nibelasndu ibas si mehuli ibas pebelangken Kata Dibata” (Sepuluh, bersepuhlah bibirmu mengucapkan kebijaksanaan dalam menyampaikan pesan Allah);
Sepulusada, ersadalah tendindu duana, ersada perukuren ras penggejapenndu ibas jabundu” (Sebelas, bersatulah jiwamu, berpadulah segenap pikiran dan perasaanmu dalam keluargamu).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar