Jumat, 14 September 2012

Sepucuk Surat Buad Sahabatku Paling Setia


Malam ini aku sedang dalam perjalanan menyeberangi hamparan lautan yang luas yang membentang dari sisi pulau Sumatera menuju Pulau Jawa, ditengah perjalanan kapal roro yang merayap berlahan ini aku memiliki waktu yang luang dan panjang untuk mencoba memutar arah jarum jam perjalanan hidupku selama ini. Suasana diatas kapal yang terbilang tidak ramai ini aku dapat dengan leluasa membiarkan arus pemikiranku menerawang dan menjelajah jauh kemana saja dia mau, inilah  merupakan kebebasan yang sesungguhnya kumiliki malam ini, merdeka untuk berpikir, karena suasananya juga sangat mendukung untuk tidak mampu melihat objek pemandangan yang banyak, dari atas kapal ini ketika aku mengarahkan pandanganku keluar sana maka yang terlihat hanya hamparan kegelapan yang dihiasi oleh sinar-sinar kecil lampu yang tampak jauh ditepi pulau.

Ditengah larutnya malam serta ditengah larutnya aku bercumbu dengan kenangan perjalanan hidupku tiba-tiba saja aku mengingat engkau sebagai seorang sahabatku yang paling setia sepanjang sejarah hidupku, aku baru teringat dan baru saja memalingkan perhatianku kepadamu yang kuanggap paling setia sampai saat ini, bahkan dengan penuh keyakinan aku memastikan hanya engkaulah sahabatku yang paling setia sampai akhir khayatku, aku yakin pasti itu.

Telah lama aku meninggalkan bahkan melupakan engkau, aku selama ini larut kedalam keasikanku sendiri yang merasa bahwa apa yang kulakukan dan apa yang kunikmati selama ini merupakan hasil jerih payahku sendiri dan merupakan buah hasil dari kemampuan sendiri serta merupakan kehebatanku sendiri, oleh karena itu aku juga berpikir bahwa semuanya wajar jika aku nikmati sendiri sebagaimana yang aku ingin lakukan sesuai dengan keinginanku sendiri. Oleh karena itu aku juga berpikir bahwa wajar jika aku tidak menghiraukan engkau lagi.

Aku selama ini menghiraukan engkau karena aku menganggap engkau tidak memiliki kapabilitas yang layak diajak dalam dinamika perjuangan kehidupan yang mengandalkan rasionalitas, adu strategi dan taktik. Kehidupan yang kujalani untuk mendaki puncak kesuksesan hidup kupahami sebagai sebuah kompetisi yang keras, membutuhkan analisa dan program kuantitatif dan mesti mengandalkan rasionalitas, ternyata hal itu benar dan mampu menghantarkanku ke puncak gunung keberhasilan karir dan materi.

Jika kamu menganggap aku menyombongkan diri dengan keberhasilanku itu aku juga tidak akan menyalahkan engkau karena kita memang memiliki cara pandang yang berbeda sehingga wajar juga jika hasil   akhir produk pemikiran kita juga berbeda sehingga aku juga tidak merasa bersalah jika melupakan engkau karena kita memang memiliki perbedaan jalan dalam memaknai kehidupan dan perjuangan ini.

Jika kali aku tiba-tiba ingat engkau maka hal itu kulakukan karena memang aku sepertinya harus berpaling kepadamu, saat ini aku tidak bisa lagi mempergunakan kemampuan rasionalitas untuk memahami problema yang kuhadapi saat ini, telah banyak literatur dan teori ilmiah yang kupergunakan untuk menganalisa dan mencoba menarik kesimpulan untuk mencari jalan keluar atau solusi untuk mengatasi masalah ini tetapi apa yang kuandalkan selama ini sebagai senjata pamungkasku saat ini terasa tumpul, tidak relevan dan tidak aktual lagi menyelesaikan persoalan ini.

Untuk berpaling kepadamu setelah lama mengabaikanmu sebenarnya awalnya aku juga ragu apakah engkau masih berkenan menerima kehadiranku dengan tangan terbuka, tetapi kekuatiran itu kuenyahkan karena saat ini aku memang benar-benar membutuhkan engkau, dan aku yakin engkau tidak akan mengabaikan aku apalagi sampai mencaci maki aku yang tiba-tiba saja ingat engkau dan berharap atas bantuanmu.

Entah kenapa tiba-tiba saja aku meyakini bahwa engkau adalah sahabatku yang paling setia dari semua yang aku cintai selama ini dan dari semua yang mengatakan mencintai aku, engkau tidak pernah merasa disakiti apalagi dijolimi ketika aku mengabaikanmu, bahkan ketika aku hanyut dalam kenikmatan duniawi yang sama sekali tidak berkenan dengan prinsif dasar yang kau miliki kuyakini bahwa engkau masih tetap saja setia menantikan kehadiranmu bahkan sering berupaya untuk menyampaikan pesan peringatan terhadap kesalahanku tetapi aku tidak sudi mendengarkan engkau, engkau benar-benar kuabaikan.

Nah karena aku yakin dengan sikapmu yang baik, tidak pendendam dan selalu setia dan konsekuen mengatakan mana yang baik dan mana yang buruk maka wajar jika aku menyebutkan engkau sahabatku paling setia dan paling baik, serta sangat layak dan pantas dijadikan sebagai sumber pertimbangan untuk memilih apa yang mesti kulakukan dalam berbuat yang terbaik dalam hidupku.

Aku sekarang sangat rindu dan mengharapkan kebersamaan kita, sekarang dan selama-lamanya, engkaulah sahabatku yang paling baik dan setia yang sering kusebut dengan nama "Hati Nurani". Bisikkan sesuatu bagiku, sekecil apapun itu sangat berarti bagiku walau kadang itu menyakitkan bagi rasionalitasku.

SELAMAT BERZIARAH KE RELUNG HATI NURANI YANG TERDALAM...........   

Keterangan Foto :
Gambar tersebut menunjukkan dua ekor capung yang sedang bercinta dengan posisi tubuh menyerupai bentuk hati. 

Chelyapin Dmitry (46), seorang fotografer amatir yang beruntung mengabadikan momen tersebut. Ketika itu, Dmitry sedang piknik bersama keluarganya di pinggir danau di Chelyabinsk, Rusia.

Dari sudut matanya, dia tertegun melihat pasangan Capung yang menciptakan tanda universal cinta. Dmitry pun langsung meraih kamera untuk mengabadikan momen yang luar biasa itu. Padahal, saat fenomena itu terjadi Dmitry sedang makan. 

Hasil jepretan Dmitry dengan sempurna menangkap bentuk hati yang dari gabungan tubuh capung berwarna biru cerah dan pasangannya yang berwarna hijau kecokelatan, di bawah sinar matahari di musim panas. 

“Hari itu adalah hari yang panas. Maka itu saya dan keluarga memilih berkumpul dan beristirahat di pinggir danau. Saya melihat capung dari sudut mata saya dan saya tertawa,” kata Dmitry, sebagaimana dilansirDailymail, Jumat (29/7/2011). 

“Saya terkejut melihat mereka membuat bentuk hati, ini adalah bukan hal yang biasa. Saya pikir mungkin ini cara mereka menunjukkan cintanya dan mengungkapkan betapa cinta seperti lingkaran yang tidak pernah ada akhirnya,” ujar Dmitry. 

“Tapi segala sesuatu dalam hidup terjadi karena suatu alasan, saya percaya itu adalah tanda bahwa cinta ada di mana-mana,” sambungnya. 

Dmitry pun menjuluki hasil jepretannya tersebut sebagai Yin dan Yang capung, setelah menghabiskan 20 menit menonton dan memotret mereka. 

“Alam ini memang dipenuhi cinta kasih, dan gambar yang saya dapat menunjukan hal tersebut,” imbuhnya
. (Sumber : iseng-posting.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar