Selasa, 21 Agustus 2012

“Mak… Nagabonar Ingin Jadi Gubernur”


Konon, ada seorang pedagang sukses yang berhasil menjadi seorang pengusaha besar di Tanah Rantau, karena memiliki unit bisnis beraneka ragam kemudian menjadikannya mapan secara finansial dan materi. Kesuksesan bisnisnya ini menjadi buah bibir di kampung halamannya dan kemudian orang kaya baru ini menjadi salah seorang tokoh masyarakat yang sangat dihargai dan dihormati diseantoro pelosok desa tanah kelahirannya.
Suratan tangan atau nasib telah mengantarkan orang yang berasal dari sebuah desa terpecil di ujung Pulau Sumatera ini menjadi salah seorang tokoh pengusaha padahal latar belakang pendidikannya tidaklah tinggi-tinggi amat seperti para elit politik umumnya yang sering melekatkan gelar kesarjaan beberapa buah diantara namanya, misalnya SE,SH,MM. Bahkan ijazah yang pernah diperoleh pengusaha sukses ini selama mengikuti pendidikan tidak jelas lagi keberadaannya sehingga menjadi masalah baru ketika muncul keinginan menjadi seorang Bupati.
Seiring proses kelahiran era reformasi yang membuka peluang yang sama bagi setiap orang untuk bisa mencalonkan diri menjadi anggota DPR/D, DPD, Presiden, Gubernur, Bupati atau Walikota, tiba-tiba pengusaha sukses ini mengikuti arus keinginan libidonya untuk mencoba peruntungan menjadi bakal calon bupati di daerah tempat kelahirannya yang memang merupakan daerah asal muasal nenek-kakek leluhurnya.
Ketika niat yang tiba-tiba muncul tanpa tau persis bagaimana proses terjadinya ini disampaikan kepada seorang sahabat akrabnya yang memiliki latar belakang pendidikan yang mumpuni, terus terang saja sahabatnya itu merasa kaget dan heran sehingga bertanya : “Apa motivasi Bung sehingga berkeinginan menjadi seorang Bupati ?”. Dengan raut wajah yang tidak berubah alias biasa-biasa saja sebagaimana biasanya raut wajahnya, pengusaha sukses yang ingin menjadi Bupati ini kemudian menjawab : “ Aku ingin mengenderai mobil dinas bernomor polisi warna merah dengan nomor seri BK 1 dan setiap melintas di jalan raya dikawal serta diiringi suara sirene “. Tentu saja perkataan yang diucapkan calon bupati ini mengejutkan sahabatnya yang kini menjadi seorang pejabat birokrat di daerah kelahiran sang calon bupati.
Akhirnya sahabat calon bupati yang memiliki latar belakang pendidikan manajemen ini larut dalam kebingunan dan berupaya mencari jawaban didalam dirinya sendiri. Tidak lama berpikir dia teringat akan Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow yang diperolehnya ketika menerima mata kuliah sumber daya manusia yang mengemukakan bahwasannya manusia itu memiliki hirarki kebutuhan yang berjenjang, setelah seseorang berhasil memenuhi kebutuhan terendah maka akan termotivasi memenuhi kebutuhan yang memiliki tingkat yang lebih tinggi dari yang sebelumnya. Pengusaha sukses ini telah mampu memenuhi kebutuhan fisiologisnya, rasa aman dan rasa sayang jadi sekarang dia sedang memburu tingkat kebutuhan tertinggi yaitu kebutuhan rasa hormat dan aktualisasi diri. Setelah berupaya memahami motivasi utama menjadi bupati kedua sahabat tersebut kemudian memutuskan untuk maju menjadi bupati dengan semboyan “Sekali layar terkembang surut kita berpantang.
Setelah merasa puas mendapat dukungan dari sahabatnya, kemudian sang calon bupati bertanya kepada sahabatnya, “ Eselon berapa kau sekarang ?”. Dengan penuh rasa bangga sang birokrat berkata “Aku sekarang eselon III”. Mendengar itu sang calon bupati mengatakan kepada sahabatnya “Tenang kau, kalau aku nanti terpilih jadi Bupati langsung kau kuangkat jadi eselon IV bila penting jadi eselon V !!!. Mendengar janji calon bupati, sang sahabat tersebut berujar dalam hati : “Bah, kacau kali kawanku ini, pengen jadi bupati dan menjanjikan menaikkan pangkat tapi enggak ngerti pangkat, katanya menaikkan malahan menurunkan.
Tapi sebagai sesame sahabat harus saling menghargai, keinginan untuk meraih kursi bupati kemudian dilanjutkan bersama, dan memanglah kalau sudah menjadi nasib perjalanan proses pencalonan dan pemilihan kepala daerah tersebut walau mesti melalui banyak gelombang, halangan dan rintangan ternyata kemenangan berpihak kepada mereka.
Dua bulan setelah dilantik sebagai bupati dan mengemban tugas sebagai penguasa daerah, tiba-tiba terjadi demontrasi oleh para guru sekabupaten ke kantor bupati, mendengar peristiwa tersebut sang bupati melihat pemandangan tersebut melalui jendela ruang kerjanya yang berada di lantai III kantor bupati dan bertanya kepada ajudannya “Demonstrasi menuntut apa itu ?”, Sang ajudan dengan sikap hormat menjawab “Guru sekolah se kabupaten menuntut segera mendapatkan sertifikasi !!!”, mendengar jawaban ajudan sang bupati dengan merasa sedikit jengkel menjawab “Bah, kalau menuntut sertifikat kenapa demo ke kantor bupati, suruh mereka demo ke kantor BPN (Badan Pertanahan Nasional)”.
Sesuai dengan hukum tidak tertulis tentang kepemimpinan yang mengatakan pasal satu berkata : pemimpin tidak pernah salah, pasal dua : Kalau belum mengerti ulangi pasal baca pasal satu, maka walau ajudan sadar bahwa bupati salah tetapi tidak berani membantah dan turun ke kerumunan para demonstran untuk melakukan apa saja yang bisa dilakukannya.
Demikianlah nasib yang menghampiri sang pengusaha sukses yang kemudian berhasil menjadi bupati selalu mendapatkan peluang bagus dalam perjalanan hidupnya, beruntung dan mencapai sukses selalu. Bercermin kepada keberuntungan yang selalu berpihak kepada dirinya dalam beberapa tahun terakhir ini, maka setelah menjabat bupati selama empat tahun berketepatan dengan waktu terjadinya proses pemilihan calon Gubernur.
Dengan penuh keyakinan dan merasa memiliki kemampuan untuk ikut bertarung dalam kancah perebutan kursi empuk gubernur maka sang Bupati yang sering dijuluki dengan nama Naga Bonar ini sedang sibuk mempersiapkan diri dan team sukses untuk ikut bertarung dalam pemilihan Gubernur yang segera akan berlangsung. Selamat bertarung Bang Naga Bonar semoga keberuntungan masih setia beserta abanganda.
Jangan menyerah Bang Naga Bonar, maju terus pantang mundur….. itulah enaknya era reformasi siapa saja memiliki kesempatan yang sama menjadi penguasa !!!! Semoga tidak mengeksploitasi rakyat ya Bang ???


www.kompasiana.com/daudginting

18 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar