Senin, 20 Agustus 2012

Mencari Ruang yang Hilang dalam Kehidupan Sosial Politik dan Ekonomi Nasional


Pada essensinya kelahiran era reformasi merupakan sintesa terhadap orde baru yang dianggap tidak sesuai lagi dengan harapan dan tuntutan zaman. Dengan munculnya era baru secara inplisit juga mengandung pengharapan baru lahirnya suatu kehidupan sosial, politik dan ekonomi yang lebih menjanjikan dan lebih memiliki wujud seperti yang diinginkan.
Tanpa memberi vonis mutlak bahwa era reformasi mengalami kegagalan total, dengan penuh perasaan lapang dada mesti kita akui bahwa masih banyak kekurangan yang dapat dilihat secara kasat mata, terutama praktek kehidupan politik yang memerankan lakon tidak jauh berbeda dengan era sebelumya, yaitu kehidupan politik yang sarat dengan kepentingan “korporatokrasi“.
Salah satu penulis buku  yang mempergunakan istilah korporatokrasi ini John Perkinsdalam bukunya “Confessions of an economics hit man“. Dalam buku tersebut istilah korporatokrasi dipergunakan sebagai sebutan terhadap praktek terselubung mempromosikan kepentingan koalisi antara pemerintah, bank dan korporasi Amerika Serikat ke seluruh penjuru dunia.
John Perkins menceriterakan bagaima dia dan teman-temannya yang disebut sebagai “Economic Hit Man” dengan cara tersembunyi atau terselubung mengemban misi bermuatan kepentingan korporatokrasi melalui penawaran dan penerapan kebijakan pembangunan di negara yang tergolong belum maju, termasuk menerapkan program tersebut di Indonesia.
Bila kita simak penuturan John Perkins tentang peranan dan jejak kakinya di Indonesia ketika orde baru maka dapat disimpulkan bahwa begitu dalamnya cengkeraman kuku korporatokrasi Amerika Serikat mempengaruhi dan mewarnai kebijakan pembangunan ekonomi, sosial dan politik Indonesia. Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa pekerjaan itu sarat dengan misi tersembunyi maka penerimaan penerapan program yang ditawarkan para Economis Hit Man tersebut juga tidak disadari oleh para elit politik saat itu.
Bahkan para elit politik orde baru serta para pakar ilmu ekonomi pembangunan  ketika, sadar atau tidak sadar, sudah merupakan bagian dari jejaring korporatokrasi Amerika Serikat. Untuk mengetahui sejauh mana dan bagaimana proses terjadinya perkawinan kepentingan tersebut dapat dilihat dalam buku Bradley R. Simpson dengan label “Economist With Guns“.
Dari kedua buku ini dapat tergambar bahwa sistem kehidupan ekonomi nasional khususnya sudah sejak orde baru disusupi oleh kepentingan korporasi, bank dan pemerintah Amerika Serikat. Oleh karena itu jika sampai hari ini masih trend untuk mengkritisi dan menggugat praktek ekonomi kapitalisme maupun neoliberalisme maka persoalan untuk mengenyahkan dan mengeleminir pengaruh kapitalisme besutan Amerika Serikat ini sama halnya dengan mencabut akar sebuah pohon rindang yang telah berusia puluhan tahun, serta telah banyak umat manusia yang telah merasa nyaman (Comfort Zone) berlindung di bawah ranting dan dedaunannya yang rindang.
Hadirnya era reformasi sebagai antithesis dan sintesa terhadap orde baru pada esensinya mengandung pengharapan terjadinya proses mengenyahkan ceritera kelam mendalamnya cengkeraman kuku kapitalisme ini bagi sebagian eksponen bangsa, tetapi hal itu bukan merupakan suatu keinginan yang mudah untuk diwujudkan karena bukan merupakan sebuah komitmen bersama yang dapat diterima dengan lapang dada oleh semua orang.
Persoalan ketidaksamaan visi ini bukan merupakan satu-satunya batu penghalang, bahkan secara sistem kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia juga telah sarat bahkan penuh dengan karat  warna kepentingan korporatokrasi Amerika Serikat tersebut, terutama kebijakan kepentingan terselubung yang ditanamkan melalui lembaga keuangan global seperti Bank Dunia dan IMF. Kepentingan terselubung tersebut bahkan telah dikukuhkan melalui berbagai konstitusi.
Memang sudah merupakan suatu pelembagaan dan pembenaran yang telah terpelihara dengan baik, bahkan telah mampu merasuk kedalam tulang sumsum kita yang paling dalam, tetapi bukan berarti kita harus merangkai sebuah ketetapan final bahwa hal tersebut tidak memungkinkan untuk di-dekontruksi.
Berbicara tentang dekontruksi, salah satu analogi yang menarik untuk dipergunakan adalah sikap dan tindakan seekor burung manyar jantan.Manyar merupakan  jenis burung  pemakan biji-bijian (granivora), habitat atau tempat hidupnya biasa di padang rumput, hutan, rawa dan persawahan. Burung manyar termasuk marga  Ploceus, anggota suku Ploceidae, di Indonesia ada tiga jenis manyar, yaitu Tempua (Ploceus philippinus),Manyar Jambul (Ploceus manyar), dan Manyar Ema (Ploceus hypoxanthus).
Musim berbiak dimulai bulan April hingga Oktober. Seekor pejantan dapat mengawini lebih dari satu betina. Keberhasilan seekor pejantan dalam mengawini betina sangat bergantung pada “kesempurnaan” sarang yang dia bangun. Para burung betina yang tertarik pada jantan tertentu akan menyelidiki sarang sang jantan dengan cermat, dan bila sang betina berkenan, maka perkawinan dapat terjadi.
Sarang manyar berbentuk sangat unik dan rumit sehingga dalam bahasa Inggris disebut “weaver bird“.  Burung manyar sering juga disebut  burung penganyam. Beberapa jenis sarang burung manyar dilengkapi dengan “pintu tipuan” untuk mengelabui pemangsa. Pintu tersebut tampak jelas menganga, sementara pintu yang sebenarnya tersembunyi. Pemangsa yang mencoba masuk pintu tipuan akan menemui jalan buntu, tidak terhubung ke rongga tempat telur atau anak burung berada.
Arsitektur atau konstruksi sarang burung manyar ini sangat estetik, dianyam dari rumput-rumput kering dan ranting,  dan memiliki fungsi sangat penting bagi seekor burung manyar jantan, karena sarang burung manyar yang di anyam tersebut akan mempengaruhi daya tarik bagi seekor burung manyar betina. Apabila burung manyar betina tertarik dengan sarang anyaman burung pejantan tersebut maka burung manyar betina tersebut juga akan bersedia dikawini burung manyar pejantan, dan sebaliknya jika seekor burung manyar betina tidak tertarik dengan arsitek atau kontruksi sarang burung manyar pejantan maka burung manyar betina juga secara otomatis tidak akan bersedia dikawini burung manyar pejantan.
Ketika burung manyar jantan tau dan sadar bahwa sarang hasil anyamannya tidak di sukai burung betina maka burung anyar jantan akan melakukan perubahan terhadap bentuk sarangnya (Dekonstruksi). Inspiratif sekali !!! Seekor burung ternyata melakukan suatu perubahan (Change) untuk meraih keinginannya, yaitu melakukan dekontruksi terhadap hasil karyanya

www.kompasiana.com/daudginting
23 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar