Senin, 01 Oktober 2012

Mencari Sesuatu Yang Tidak Hilang


Manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan berpikir, dalam setiap tindakan dan pemahamanya selalu dipengaruhi oleh cara berpikir atau kerangka berpikir yang dimilikinya. Kerangka berpikir tersebut bukan terbentuk dari sebuah ruang hampa. Kerangka berpikir seseorang terbentuk karena pengaruh asupan pegetahuan yang diterimanya.
Sumber pengetahuan berasal dari ruang dan waktu yang luas, misalnya dating dari lingkungan internal keluarga (Ayah, Ibu, dan Saudara), Lingkungan pergaulan, Media Massa dan institusi pendidikan. Akumulasi pengetahuan yang diterima tersebut menjadi endapan keyakinan didalam diri seseorang, sebagai sebuah keyakinan (belief) maka pengetahuan tersebut sangat diyakini kebenarannya.
Sebagai sebuah keyakinan yang dianggap memiliki nilai kebenaran maka keyakinan tersebut dipegang teguh dan dijadikan sebagai motor penggerak pemikiran, perkataan dan tindakannya (Paradigma). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sebuah paradigma yang dianut oleh seseorang memiliki kaitan erat dengan keyakinan yang dianut seseorang, dan sikap serta tindakan seseorang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai keyakinan yang dianut oleh seseorang.
Karena keyakinan tersebut dianggap memiliki kebenaran yang tinggi maka seseorang akan berusaha untuk selalu memeluk dan mempertahankannya, sehingga menimbulkan kondisi nyaman (Zona Nyaman) kepada dirinya sendiri. Karena sudah merasa sangat nyaman dengan kondisi tersebut maka seseorang akan merasa sulit untuk menerima perubahan atau pergeseran terhadap cara atau kerangka berpikirnya.
Dalam interaksi sosial dan pergaulan kehidupan sehari-sehari kita dapat melihat adanya perbedaan kerangka berpikir ini melalui perbedaan sikap dan tindakan seseorang dibandingkan dengan orang lain. Dan perbedaan tersebut bukan merupakan hal yang sulit ditemui dalam pergaulan sehari-hari, bahkan yang sulit ditemukan dalam kehidupan sosial, bahkan dalam sebuah rumah tangga, adalah mencari sikap dan tindakan yang sama diantara satu orang dengan yang lainnya.
Bahkan diantara seorang anak kandung dengan ibunya sulit ditemukan kesamaan sikap dan tindakan diantara keduanya. Perbedaan inilah salah satu keunikan dan kelebihan manusia dibandingan primate lain yang sama-sama makhluk ciftaan Allah, dan secara religius kita meyakininya sebagai sebuah karunia besar dari Allah dan merupakan salah satu petunjuk bahwa Allah dalam menciftakan manusia memang sangat mengagungkan.
Namun sebagai manusia yang memiliki kemampuan berpikir dan sebagai makluk yang tidak pernah puas dengan apa yang diketahuinya, serta telah terbiasa untuk bertanya dan bertanya, manusia selalu berusaha untuk mencoba mencari jawaban terhadap sumber penyebab timbulnya perbedaan diantara setiap orang.
Seiring dengan perkembangan peradaban umat manusia dan kemajuan ilmu pengetahuan jalan untuk mencari jawaban tersebut juga ikut berkembang luas sehingga ilmu pengetahuan sebagai pisau analisa untuk memahaminya juga memiliki jumlah yang banyak, dengan kondisi yang demikian menjadikan umat manusia kembali dituntut untuk ekstra kerja keras untuk mencari pengetahuan yang tepat dan dianggap mumpuni memberi jawaban.
Sama seperti kata sebuah pepatah “Semakin banyak berjalan semakin banyak yang dilihat”, semakin banyak bertanya maka semakin banyak juga mendapat jawaban.
Itulah salah satu realita yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan ini, yaitu banyak pilihan dan banyak kemungkinan. Oleh karena itu harus dapat menentukan pilihan, bahkan harus mampu menentukan pilihan terbaik diantara sekian kemungkinan pilihan yang dapat dilakukan, artinya harus mempergunakan skala prioritas dalam menentukan pilihan yang terbaik.
Namun dalam menentukan skala prioritas tersebut jugaa dibutuhkan ukuran atau barometer yang menentukan nilai-nilai kebenaran pilihan tersebut. Kembali kepada keunggulan yang dimiliki manusia, dalam menentukan barometer atau ukuran nilai ini juga manusia disuguhkan kesempatan untuk memilih banyak kemungkinan dan alternatif pilihan.
Ah, repotnya jadi seorang manusia, selain memiliki kebebasan dan kemerdekaan yang luas dalam menjalani kehidupan, ternyata keunggulan sebagai manusia merdeka juga memiliki konsekuensi untuk mempertanggungjawabkan kebebasanya dengan memilih keputusan yang terbaik dalam setiap kehidupannya, dan hal tersebut bukan merupakan sebuah tindakan dan pekerjaan yang mudah untuk dilakukan karena adakalanya yang kita anggap sudah merupakan hal yang terbaik boleh jadi belum tentu menjadi yang terbaik dalam pandangan dan ukuran diluar diri kita sendiri.
Wah,  makin repot lagi nih, ternyata memiliki kebebasan untuk menentukan keputusan dan pilihan diri sendiri juga harus mempertimbangkan factor yang ada diluar diri sendiri.
Bingung ???
Ya, memang adakalanya kita mesti bingung, baik itu karena membingungkan diri sendiri atau dibingungkan oleh orang lain, atau memang bingung karena disebabkan oleh bingung itu sendiri. Yeah pokoknya segala bentuk bingung yang ada bercampur aduk disini.
Syukurlah kalau kita masih bisa untuk bingung !!!!
Diantara seluruh hutan belantara kebingungan itu, sebagai umat ciftaan Allah, dan sebagai makhluk ciftaan Allah paling sempurna jika dibandingkan dengan Ciftaan Allah yang lain, semestinya kita yakin bahwasannya jawaban terbaik atas semua pertanyaan yang muncul selalu ada, dan tempatnya tidak memiliki jarak yang jauh, dia dekat, bahkan karena kedekatannya membuat kita sering mengabaikan bahkan melupakannya.
Karena kita sudah merasa memilikinya, dan yakin menjadi pemilik satu-satunya, membuad kita terkadang tidak ingat padanya karena yakin bahwa dia tidak akan hilang. Dia memang seperti yang kita bayangkan, akan tetap ada pada tempatnya dengan setia, bahkan ketika kita melupakannya dia akan tetap setia di posisinya menantikan kita kembali kepadanya.
Karena demikian besar kesetiaannya, ketulusannya, kesabarannya dan orisinalitasnya maka kapan pun kita kembali kepadanya tangannya akan terbentang luas membuka kesempatan menerima kita kembali kepadanya apalagi hanya untuk sekedar betanya mana yang baik dan mana yang tidak baik padanya.
Memang dia tidak akan memberikan jawaban dalam bentuk tutur kata sebagaimana biasanya kita lakukan ketika berbicara, dan dia tidak akan memberikan jawaban lewat tulisan kalimat demi kalimat sebagai kita sering menulis diatas selembar kertas.
Dia hanya memberi jawaban dari tengah keheningan, suara sayup-sayup juga tidak akan diperdengarkannya, bahkan untuk berbisik juga dia tidak mampu, namun,tanpa memperdengarkan suara-nya pun sebenarnya kita dapat memahami dan mengerti tentang jawaban yang diberikannya, karena itulah kelebihannya sebagai “HATI NURANI”.
Selamat Datang ke Pangkuan Hati Nurani…….  
      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar