Senin, 01 Oktober 2012

MONALISA


Monalisa

Kata Monalisa bukan merupakan suatu bunyi-bunyian yang asing lagi bagi ruang pendengaran kita. Karena Monalisa adalah sebuah nama terkernal yang disematkan pada sebuah lukisan legendaries karya pelukis terkenal bernama Leonardo Da Vinci. 

Lukisan Monalisa selain legendaris, merupakan sebuah symbol terjadinya  proses revolusi cara berpikir umat manusia yang berguru pada kejayaan Yunani dan Romawi. Dan Monalisa merupakan karya sebuah anak zaman yang dilahirkan dari rahim ibunya yang memiliki nama Renaissance. 

Monalisa juga dapat disebut sebagai simbol sebuah peradaban produk penziarahan umat manusia mencari kontruksi peradaban  menjadi antroposentris memutar kemapanan berpikir theosentris yang berkembang subur pada masa sebelumnya. 

Lukisan Monalisa ini mampu menggambarkan sosok seorang wanita cantik sebagaimana yang banyak diidamkan dan dikagumi umat manusia, selain diidolakan dan menjadi buah bibir yang menyita banyak perhatian sepanjang zaman, ternyata lukisan ini juga menyisakan misteri, dan meninggalkan banyak pertanyaan sampai abad millennium kedua ini. 

Leonardo da vinci
Ada pihak yang mengatakan bahwa lukisan bernama Monalisa merupakan sebuah lukisan yang menggambarkan sisi lain diri Leonrdo da vinci sendiri, pelukisnya, yaitu sebuah gambaran diri seorang Leonardo da vinci yang dianggap gay mirip seorang wanita yang sedang tersenyum penuh misteri.

Namun ada juga pihak yang menyatakan bahwa lukisan Monalisa merupakan potret sebuah wanita bernama Lisa Gerardini istri seorang pedagang sutra dari Florentine.
Itulah sekilas wacana yang menggambarkan lukisan monalisa memiliki magnit daya tarik luar biasa dan masih tetap  menjadi bahan perbincangan aktual sepanjang masa. 

Lukisan Monalisa merupakan karya Leonardo da vinci yang dibuat pada akhir abad ke - 14 yang diklasifikasikan sebagai sebuah karya seni yang menganut aliran realisme. Yaitu sebuah aliran pemikiran atau aliran seni lukis dengan lukisan yang memiliki kemiripan dengan objek yang dilukis, gaya ini juga sering disebut dengan naturalis karena alam kongkret yang dilukis dapat dikatakan persis sama dengan hasil lukisannya.  

Aliran pemikiran realisme dan naturalis ini sebelumnya sudah dimulai oleh Dante dengan Divina Comedia, dan oleh Giotto dengan lukisan-lukisan yang meninggalkan ciri-ciri tradisi seni sastra dan seni lukis yang berkembang sebelumnya. Para seniman abad ke-14 menggambarkan orang-orang nampak seperti sungguh-sungguh hidup, lukisan mereka tentang benda-benda dan alam yang sebenarnya sehingga orang yang melihatnya seakan berhadapan dengan benda atau orang yang sesungguhnya. Pada seniman dan sastrawan pada jaman tersebut bebas mengekspresikan apa saja yang mereka pikirkan dan yang dikehendaki tanpa mempertimbangkan norma moral, sosial dan hukum.

Munculnya aliran pemikiran ini merupakan sebuah reaksi dan perubahan cara berpikir baru untuk menggantikan cara berpikir yang sempat mapan pada abad pertengahan yang bercirikan budaya klasik dan bernafaskan religiusitas yang dianggap menjadikan manusia terbelenggu oleh kaidah moral, dogmatis dan theosentris.

Latar belakang lahirnya perubahan cara berpikir ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menonjolkan diri dan mengutamakan kemampuan intelektual dengan mengabaikan nilai-nilai spritual dan mengabaikan lambang-lambang dengan lebih menekankan segi badaniah. Perkembangan aliran pemikiran yang terjadi di Italia dan Eropah ini menjadi sebuah titik tolak munculnya modernisasi Eropa selanjutnya, dan semangat perubahan yang dapat digambarkan pada semangat perubahan aliran pemikiran dan daya lukisan tersebut disebut dengan istilah Renaissance.

Renaissance adalah sebuah istilah dalam bahasa Perancis yang berasal dari kata rinascita dalam bahasa Italia, yang berarti "Kelahiran Kembali". Selanjutnya dalam pandangan beberapa ahli : Renaissance bukan sekedar kelahiran kembali kebudayaan Romawi dan Yunani Kuno tetapi merupakan kebangkitan kesadaran manusia sebagai individu rasional, pribadi otonom, memiliki kehendak bebas dan tanggungjawab. Dan hal seperti itulah yang dianggap sebagai prototipe manusia modern.

Manusia modern dituntut untuk berani dan sanggup menjadikan dirinya sendiri sebagai pusat alam semesta (Antroposentris), dan bukan Tuhan sebagai pusatnya (Theosentris). Manusia menjadi pusat dari alam semesta dan mengandalkan kemampuan yang dimilikinya dalam menjalani kehidupan dan menikmati kesenangan hidup (carpe diem).


DARI RENAISSANCE KE MODERNITAS
Bangsa Roma memiliki sebuah semboyan “Sejarah Itu Guru Kehidupan” (Historia Magistra Vitae Est), berbicara tentang sejarah perkembangan peradaban umat manusia tidak dapat dilepaskan dari sejarah panjang peradaban bangsa Yunani dan Roma. Bangsa Yunani memiliki sejarah perkembangan peradaban yang dinamis, hal ini dapat dilihat dari perkembangan bidang ilmu pengetahuan, filsafat, sastra, arsitektur dan system pemerintahan.
Berbicara tentang modernisasi, sebagaimana kecenderungan  life style umat manusia dewasa ini, memiliki keterkaitan dengan sejarah perkembangan aliran pemikiran sejak jaman Yunani. Kelahiran renaissance di Italia merupakan salah satu periode munculnya kembali aliran pemikiran yang bercermin kepada aliran pemikiran Yunani yang menghadapi alam sekitar dengan cara melihat dirinya sebagai mahkluk otonom, rasional, bebas, individual dan berani melakukan perubahan. Kelahiran masa renaissance merupakan gerakan pemikiran yang mencoba meretas kemapanan  alam pemikiran yang dianggap telah terbelenggu oleh pemikiran theosentris, normative dan moralis. Agama dianggap telah meninabobokkan daya kritis akal budi umat manusia.  Hadirnya renaissance menjadikan Italia sebagai pelopor kembali kea lam pemikiran Yunani dan Romawi klasik yang antroposentris.
Melalui renaissance manusia kembali menganut aliran pemikiran yang menganggap manusia sebagai subjek dari alam, dan selanjutnya melahirkan modernitas, pembaharuan di masa renaissance ini turut melahirkan faham liberalisme yang mengantarkan manusia menempatkan martabat dan derajat dianggap sama bagi setiap manusia, dan mengklaim bahwa manusia memiliki kebebasan menentukan nasibnya sendiri, berusaha menghapus sekat-sekat diskriminasi, mengkritisi kehidupan feodal.  Penegakan hak dan derajat yang sama menjadi tujuan untuk menciftakan masyarakat yang egaliter.
Liberalisme ini kemudian merambah ke bidang politik sehingga mendorong lahirnya demokrasi, yaitu suatu system politik yang mendobrak tradisi politik abad pertengahan yang feodal dan teokratis  Machiavelli menawarkan gagasan  tentang Negara sekuler yang kemudian dilengkapi oleh Thomas Hobbes dengan ide Negara kontraktual dengan thesis yang mengutarakan bahwa rakyat yang membentuk Negara dan kepada Negara rakyat menyerahkan kekuasaan dan hak-haknya sehingga Negara menjamin keamanan dan ketertiban, inilah asal muasal atau dasar-dasar  Negara kontraktual demokratis.
Jean Jacques Rousseau
Gagasan  Thomas Hobbes yang mengusulkan seorang penguasa bertanggungjawab  kepada Tuhan secara moral dalam sebuah Negara Demokratis selanjutnya disempurnakan John Locke, menurut John Locke kendati rakyat menyerahkan hak dan kekuasaannya kepada Negara namun masih ada sejumlah hak asasi yang tidak diserahkan kepada Negara, seperti hak hidup, hak milik dan  kebebasan berbicara. Negara kontrak sosial tidak berkuasa mutlak tetapi dibatasi norma hokum dan kekuasaan dibagi dalam tiga lembaga kenegaraan (Trias Politika).
Selanjutnya Jean Jacques Rousseau memperkaya gagasan Negara kontraktual ini dengan teori kedaulatan rakyat, dalam pandangan Rousseau Negara identik dengan kehendak rakyat. Agar Negara merupakan kehendak rakyat maka setiap kali harus diadakan referendum atas kebijakan pemerintah dan semua pejabat Negara harus dipilih langsung oleh rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar