Editorial Media Indonesia
PEMILIHAN umum yang berkualitas tidak bisa dipisahkan dari proses yang jujur dan akuntabel. Salah satu proses pemilu yang mahapenting itu ialah soal daftar pemilih tetap (DPT).Karena itu, DPT yang jujur jelas bukan hanya modal dasar membangun demokrasi yang berkualitas, melainkan juga modal penting bagi masa depan Indonesia. Dalam DPT yang jujur terkandung aspirasi rakyat yang wajib diaktualisasikan pemimpin dan para wakil terpilih dalam menyusun program-program pemerintahan.Sayangnya, justru dalam hal DPT itulah proses Pemilu 2014 tercederai. Hingga hari ini, saat tenggat kedua penetapan DPT ditentukan, daftar pemilih masih dipenuhi berbagai permasalahan.Masih ada nomor identitas kependudukan (NIK) ganda, nama pemilih tanpa NIK dan nomor kartu keluarga, serta nama pemilih tanpa alamat. Jumlahnya pun sangat signifikan, lebih dari 1,2 juta menurut Badan Pengawas Pemilu, bahkan lebih dari 8 juta menurut PDI Perjuangan.
Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu PDIP Arif
Wibowo mengatakan ada masalah yang cukup besar dalam DPT di Jawa Timur, Jawa
Barat, dan Jawa Tengah. Arif memerinci di Jawa Barat sekitar 4,3 juta jiwa
bermasalah, di Jawa Tengah sekitar 2,3 juta, dan Jawa Timur 1,9 juta jiwa. Bila
itu dijumlah, sebanyak 8,5 juta jiwa DPT bermasalah yang bisa menghasilkan 32
kursi. Tidak mengherankan bila muncul kecurigaan bahwa kekacauan DPT boleh jadi
disengaja pihak-pihak tertentu. Pihak-pihak tersebut memanipulasi DPT demi
menggemukkan suara partai tertentu dan mengempiskan partai tertentu pula.
Jumlah daftar pemilih yang masih memuat
sejumlah identitas ganda, orang yang sudah meninggal tetap dicantumkan, atau
nama pemilih tanpa identitas bakal tetap dinyatakan sebagai pemilih. Jumlah itu
pula yang akan memengaruhi berapa banyak kertas suara harus dicetak.Bila tidak
dikawal, tak ada yang bisa menjamin kertas suara yang berlebih itu tidak akan
digunakan. Bila tetap digunakan, suara pemilih tetap dinyatakan sah dan bisa
dialirkan ke parpol tertentu demi menambah perolehan suara.Karena itu, demi
menjaga Pemilu 2014 bersih dari segala tudingan dan kecurigaan manipulasi,
penundaan penetapan DPT merupakan pilihan paling rasional. KPU, Kemendagri,
Bawaslu, dan partai politik peserta pemilu harus duduk bersama menuntaskan DPT
bermasalah mumpung belum terlalu berlarut.Jangan pernah lagi menoleransi DPT
bermasalah. Yakinlah, bangsa ini akan terus berselimut persoalan jika pemimpin
dan para wakil rakyat muncul dari DPT yang manipulatif.
Ketidakjujuran atas DPT jangan lagi diulang
agar bangsa ini tidak lagi melakukan kesalahan dalam memilih pemimpin dan para
wakil rakyat. DPT yang manipulatif hanya akan menghadirkan sosok-sosok palsu
yang gemar memupuk keuntungan pribadi dan kelompok dengan mengatasnamakan
rakyat serta gampang menyepelekan bahkan mengorbankan kepentingan rakyat.Bukankah
salah satu ukuran pemilu sukses ialah terpilihnya wakil rakyat, presiden, serta
wakil presiden berkualitas?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar