Konon
ceriteranya Kaisar Ho-Lu dari Wu setelah membaca Art of WAR, meminta Sun Tzu
mendemontrasikan karyanya untuk menguji apakah
dapat diterapkan pada pelatihan wanita. Untuk itu Sun Tzu memohon diberi
wewenang penuh dan meminta disediakan 180 wanita cantik dari
istana kekaisaran, termasuk dua gundik
kesayangan kaisar.
Sun Tzu
membagi 180 wanita itu kedalam dua
kelompok. Dua gundik kesayangan kaisar masing-masing diberi kedudukan sebagai
kepala kelompok. Kemudian Sun Tzu memberi instruksi terinci tentang cara
berjalan ketika mendengar suara genderang, dengan ketentuan harus dilakukan
dengan benar, jika tidak maka akan diberi sanksi berupa eksekusi hukuman mati.
Ketika sun
Tzu pertama sekali memukul genderang semua wanita itu tertawa lebar dan merasa
geli dan tidak ada yang melaksanakan perintahnya. Sun Tzu kemudian menerangkan
bahwa jika pertama sekali mencoba tetapi tidak dapat melakukan apa yang
diperintahkan maka hal itu terjadi karena dianggap panglima besar yaitu Sun Tzu
yang kurang dapat menyampaikan perintah dengan jelas, maka ia mengulang dan
menjelaskan kembali perintahnya, sesudah itu para wanita itu kembali
diperintahkan untuk melakukan apa yang diinstruksikannya, tetapi para wanita
itu masih tetap tersipu-sipu dan
tertawa.
Untuk
kesalahan kedua maka Sun Tzu mengultimatum bahwa bila perintah sudah dijelaskan
berulangkali oleh panglima besar tetapi
tetap tidak dilaksanakan maka kesalahan ada pada komandan lapangan, dalam hal
ini menjadi tanggungjawab kedua gundik kesayangan kaisar yang mengepalai
masing-masing kelompok wanita itu, maka Sun Tzu memberi perintah kepada
eksekutor untuk memberi hukuman mati kepada kedua gundik tersebut.
Ketika
Kaisar Ho-Lu mendengar kabar ini, ia mencoba mencegahnya dan meminta agar kedua
gundignya diampuni, namun Sun Tzu menolak dan menjawab bahwa sebagai panglima perang yang
ditunjuk ia tidak perlu mengabulkan
semua permintaan pemimpin tertinggi sekalipun, sebagai konsekuensinya kedua
gundig itu di eksekusi sebagai contoh bagi yang lain. Kemudian dipilih dua orang sebagai pengganti
baru pimpinan kelompok para wanita itu dan mengulang kembali tanda genderang, kali ini semua wanita itu
menuruti perintah bergerak ke kiri, ke
kanan, mundur dan maju sesuai dengan instruksi yang diberikan tanpa ada satupun
yang berani tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar