Sekapur Sirih dari kesainta.blogspot.com

Selamat Datang di kesainta.blogspot.com, wahana kerinduan berziarah kedalam relung hati untuk merajut kata demi kata dari keheningan.

Selasa, 29 Mei 2012

“ DARI GUNDIG KE MAO ZEDONG “ ALA SUN TZU


Konon ceriteranya Kaisar Ho-Lu dari Wu setelah membaca Art of WAR, meminta Sun Tzu mendemontrasikan karyanya untuk menguji apakah  dapat diterapkan pada pelatihan wanita. Untuk itu Sun Tzu memohon diberi wewenang  penuh  dan meminta disediakan 180 wanita cantik dari istana kekaisaran, termasuk dua gundik  kesayangan kaisar.
Sun Tzu membagi 180 wanita itu  kedalam dua kelompok. Dua gundik kesayangan kaisar masing-masing diberi kedudukan sebagai kepala kelompok. Kemudian Sun Tzu memberi instruksi terinci tentang cara berjalan ketika mendengar suara genderang, dengan ketentuan harus dilakukan dengan benar, jika tidak maka akan diberi sanksi berupa eksekusi hukuman mati.
Ketika sun Tzu pertama sekali memukul genderang semua wanita itu tertawa lebar dan merasa geli dan tidak ada yang melaksanakan perintahnya. Sun Tzu kemudian menerangkan bahwa jika pertama sekali mencoba tetapi tidak dapat melakukan apa yang diperintahkan maka hal itu terjadi karena dianggap panglima besar yaitu Sun Tzu yang kurang dapat menyampaikan perintah dengan jelas, maka ia mengulang dan menjelaskan kembali perintahnya, sesudah itu para wanita itu kembali diperintahkan untuk melakukan apa yang diinstruksikannya, tetapi para wanita itu masih tetap tersipu-sipu  dan tertawa.
Untuk kesalahan kedua maka Sun Tzu mengultimatum bahwa bila perintah sudah dijelaskan berulangkali  oleh panglima besar tetapi tetap tidak dilaksanakan maka kesalahan ada pada komandan lapangan, dalam hal ini menjadi tanggungjawab kedua gundik kesayangan kaisar yang mengepalai masing-masing kelompok wanita itu, maka Sun Tzu memberi perintah kepada eksekutor untuk memberi hukuman mati kepada kedua gundik tersebut.
Ketika Kaisar Ho-Lu mendengar kabar ini, ia mencoba mencegahnya dan meminta agar kedua gundignya diampuni, namun Sun Tzu menolak dan menjawab  bahwa sebagai panglima perang yang ditunjuk  ia tidak perlu mengabulkan semua permintaan pemimpin tertinggi sekalipun, sebagai konsekuensinya kedua gundig itu di eksekusi sebagai contoh bagi yang lain.  Kemudian dipilih dua orang sebagai pengganti baru pimpinan kelompok para wanita itu dan mengulang kembali  tanda genderang, kali ini semua wanita itu menuruti perintah  bergerak ke kiri, ke kanan, mundur dan maju sesuai dengan instruksi yang diberikan tanpa ada satupun yang berani tertawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar