“ Kamu adalah milikku seutuhnya karena engkau berasal dari tulang rusukku “ Untaian kata-kata ini sangat romantik, sebuah ungkapan sangat religius menggambarkan bahwa pasangan suami istri (Pasutri) bukan lagi dua melainkan sudah satu, menyatu dalam segala hal : pikiran, perkataan dan tindakan. Setiap Pria maupun Wanita yang telah diikat dalam sebuah lembaga perkawinan memiliki keinginan dan obsesi yang sama untuk saling menyatu, saling pengertian, saling berbagi baik dalam suka dan duka. Itulah sebuah gambaran ideal seebuah rumah tangga pasangan suami istri yang bahagia dan saling mencintai.
Pria dan wanita merajut sebuah perkawinan sama-sama memiliki keinginan untuk saling bisa memahami dan mengerti pasangannya, serta bisa menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Karena itulah sebuah perwujutan cinta dan kasih sayang, dan perkawinan itu merupakan wahana paripurna persemaian dan aktualisasi cinta bagi pasangan pria dan wanita.
Namun dalam kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh pasangan suami istri tidak jarang ditemui terjadi pertentangan, perbedaan pendapat bahkan pertengkaran. Ketika muncul perselisihan ini adakalnya seorang wanita maupun pria merasa tidak dapat memahami sikap pasangannya, bahkan tidak jarang menggugat salah satu pasangannya tidak memiliki rasa sayang dan perhatian lagi kepada pasangannya. Ironisnya perbedaan pandangan, sikap dan tindakan diantara keduanya bisa jadi menimbulkan kondisi “Amnesia” - merasa terasing - bingung memahami sikap pasangannya, bahkan ada yang merasa bahwa salah satu diantara mereka seakan sudah berubah sikapnya.
Ketika anggapan atau penilaian negatif terhadap pasangan telah tumbuh maka rasa curiga juga akan semakin membayang-bayangi dan rasa percaya terhadap pasangan juga akan semakin menggumpal, akumulasi pemikiran negatif (negative thinking) ini menjadi pemicu untuk semakin seringnya pertengkaran diantara pasangan suami istri, bahkan tidak jarang dapat menimbulkan pertengkaran besar yang mengarah kepada perpisahan.
Pria dan wanita merajut sebuah perkawinan sama-sama memiliki keinginan untuk saling bisa memahami dan mengerti pasangannya, serta bisa menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Karena itulah sebuah perwujutan cinta dan kasih sayang, dan perkawinan itu merupakan wahana paripurna persemaian dan aktualisasi cinta bagi pasangan pria dan wanita.
Namun dalam kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh pasangan suami istri tidak jarang ditemui terjadi pertentangan, perbedaan pendapat bahkan pertengkaran. Ketika muncul perselisihan ini adakalnya seorang wanita maupun pria merasa tidak dapat memahami sikap pasangannya, bahkan tidak jarang menggugat salah satu pasangannya tidak memiliki rasa sayang dan perhatian lagi kepada pasangannya. Ironisnya perbedaan pandangan, sikap dan tindakan diantara keduanya bisa jadi menimbulkan kondisi “Amnesia” - merasa terasing - bingung memahami sikap pasangannya, bahkan ada yang merasa bahwa salah satu diantara mereka seakan sudah berubah sikapnya.
Ketika anggapan atau penilaian negatif terhadap pasangan telah tumbuh maka rasa curiga juga akan semakin membayang-bayangi dan rasa percaya terhadap pasangan juga akan semakin menggumpal, akumulasi pemikiran negatif (negative thinking) ini menjadi pemicu untuk semakin seringnya pertengkaran diantara pasangan suami istri, bahkan tidak jarang dapat menimbulkan pertengkaran besar yang mengarah kepada perpisahan.
Salah satu sumber utama terjadinya perbedaan pendapat bagi suami istri adalah harapan atau keinginan yang teramat besar terhadap pasangannya. Sebagai pasangan yang telah diresmikan dalam sebuh lembaga perkawinan, idealnya pasangannya suami istri memang sudah dapat menyatukan diri dengan pasangannya dalam segala hal, dan mengharapkan pasangannya tersebut menjadi miliknya seutuhnya, baik itu jasmani dan rohaninya.
Pemikiran, harapan dan obsesi yang demikian besar ini sebenarnya merupakan keinginan yang lumrah dan pantas didapatkan, namun harapan tersebut sering tidak menjadi kenyataan, sehingga menimbulkan perasaan kecewa ketika harapan tersebut tidak terwujud, misalnya ketika pasangan kita berkata dan bertindak tidak sesuai dengan harapan kita, salah satu diantara suami atau istri tersebut melakukan sesuatu berdasarkan seleranya yang dianggap tidak berkenan atau tidak sesuai dengan harapan salah seorang diantaranya, ketika hal itu terjadi maka kita akan mengalami perasaan “terasing” dan kecewa, bahkan sering memvonis pasangan kita telah berubah, sikapnya tidak seperti ketika pacaran dahulu yang sangat “Care” , lemah lembut, suka menolong serta memberi, alias dinilai sangat penuh kasih sayang.
Perbedaan pendapat atau perbedaan tindakan yang muncul diantara suami dan istri ini sebenarnya merupakan hal yang lumrah terjadi, karena pada dasarnya pasangan suami istri datang dan berasal dari latar belakang yang berbeda, ekstrimya pasangan suami istri berasal dari dunia atau planet yang berbeda.
Pasangan suami istri dipersatukan dari latar belakang yang berbeda, yaitu berasal dari latar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang tidak sama. Latar belakang ini membentuk karakter masing yang saling berbeda. Faktor latar belakang lingkungan, pendidikan dan pengalaman yang berbeda juga menjadikan perbedaan kerangka berpikir diantara seorang pria dan wanita yang menyatukan diri dalam sebuah lembaga perkawinan.
Dan yang paling sering dilupakan oleh pasangan suami istri adalah perbedaan “mindset” atau cara berikir, kerangka berpikir atau paradigma yang dimiliki masing-masing. Perbedaan keranngka berpikir ini merupakan kenyatan yang tidak terbantahkan karena memang masing-masing memiliki kerangka berpikir yang telah mapan didalam diri masing-masing dan telah merasa mapan serta merasa nyaman (Comfort Zone) dengan itu. Rumitnya lagi, mindset ini sangat dipengaruhi oleh Belief atau kebenaran yang diyakini seseorang, belief inilah yang mempengaruhi cara berpikir seseorang yang kemudian akan memproduksi ucapan dan tindakan.
Pasangan suami istri dipersatukan dari latar belakang yang berbeda, yaitu berasal dari latar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang tidak sama. Latar belakang ini membentuk karakter masing yang saling berbeda. Faktor latar belakang lingkungan, pendidikan dan pengalaman yang berbeda juga menjadikan perbedaan kerangka berpikir diantara seorang pria dan wanita yang menyatukan diri dalam sebuah lembaga perkawinan.
Dan yang paling sering dilupakan oleh pasangan suami istri adalah perbedaan “mindset” atau cara berikir, kerangka berpikir atau paradigma yang dimiliki masing-masing. Perbedaan keranngka berpikir ini merupakan kenyatan yang tidak terbantahkan karena memang masing-masing memiliki kerangka berpikir yang telah mapan didalam diri masing-masing dan telah merasa mapan serta merasa nyaman (Comfort Zone) dengan itu. Rumitnya lagi, mindset ini sangat dipengaruhi oleh Belief atau kebenaran yang diyakini seseorang, belief inilah yang mempengaruhi cara berpikir seseorang yang kemudian akan memproduksi ucapan dan tindakan.
Perbedan cara berpikir inilah faktor dominan yang menimbulkan pertentangan ataupun pertengkaran antara seorang pria dan wanita, karena sering lupa akan latar belakang cara berpikir yang berbeda ini membuad harapan seseorang sirnah, dan seseorang itu akan kecewa bahkan tidak menutup kemungkinan akan terjadi proses perubahan harapan, yaitu berubah dari cinta menjadi benci.
Sebagai sebuah ilustrasi dibawah ini disajikan beberapa contoh kecil beberapa bentuk cara berpikir atau respon yang dilakukan oleh seorang pria maupun wanita ketika menghadapi suatu masalah, dan harapan mereka dalam hal memperoleh bentuk sebuah cinta atau perhatian :
PRIA
|
WANITA
|
Menawarkan penyelesaian masalah (problem solving) dan mengabaikan perasaan
|
Menawarkan nasihat – nasihat dan petunjuk yang tidak diminta
|
Memikirkan Persoalan dalam diam, sendirian dan tidak ingin berbagi
|
Secara naluriah merasa perlu memperbincangkan (ngerumpi) tentang apa yang merisaukan perasaannya
|
Merasa termotivasi dan bangga pada saat dibutuhkan memecahkan masalah
|
Termotivasi bila merasa diharapkan
|
Membutuhkan Cinta yang penuh kepercayan, peneriman dan penghargaan
|
Membutuhkan cinta penuh perhatian, pemahaman dan rasa hormat
|
Sajian diatas hanya sebagian kecil dari perbedaan yang sesungguhnya ada diantara seorang pria dan dan wanita, namun perbedaan kecil ini tidak jarang menjadi sumber penyebab timbulnya suatu pertengkaran antara seorang wanita dan pria, diatas telah disebutkan bahwa seorang wanita “Menawarkan nasihat – nasihat dan petunjuk yang tidak diminta”, hal ini sering dilakukan oleh seorang wanita secara spontan dan ironisnya ditanggapi oleh seorang pria secara negative atau sinis maka terjadilah perbedaan pendapat dan pertengkaran, contohnya “ Ketika mengemudikan sebuah mobil ditengah perjalanan tiba-tiba ada sebuah sepeda motor hampir saja menabrak mobil yang dikemudikan seorang suami, tiba-tiba sang istri berucap “ Hati-hati Pa….. !!!”, mendengar ucapan si istri maka si suami menjawab “ Lho yang tidak hati-hati siapa, kan pengendara motor itu yang ugal-ugalan, kok jadinya aku yang disalahkan…..!!!”
Mengejutkan bukan ??? Padahal si istri mengucapkan kata-kata itu sebagai sebuah ungkapan kasih sayang atau perhatian yang menggambarkan perasaannya yang tidak ingin terjadi kecelakaan menimpa dirinya dan orang-orang yang dikasihinya, sementara si suami menanggapi ucapan si istri sebagai sebuah “nasihat yang tidak dibutuhkan”, atau si suami menganggap ucapan istrinya sebagai sebuah pukulan telak yang menuduhnya tidak pintar menyetir mobil dan dianggap merendahkan dirinya.
Kembali ke uraian diatas, perbedan pendapat ini terjadi karena memang pria dan wanita memiliki latar belakang yang berbeda dalam hal cara berpikir, dalam kasus menyetir mobil tadi, si istri sebagai seorang wanita memang memiliki sikap yang umumnya ingin “Menawarkan nasihat – nasihat dan petunjuk yang tidak diminta” dan “Secara naluriah merasa perlu memperbincangkan atau mengucapkan tentang apa yang merisaukan perasaannya” sementara si suami sebagi seorang pria bersikap “Memikirkan Persoalan dalam diam, sendirian dan tidak ingin berbagi”, dalam sikapnya ingin memikirkan persoalannya sendirian maka seorang pria adakalanya mengabaikan perasaan orang lain maupun pasangan hidupnya, dalam hal ini istrinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar