Oleh : Joseph
E. Stiglitz
http://topics.nytimes.com |
Kesebelas orang direktur eksekutif
Bank Dunia yang mewakili negara-negara berkembang dan negara-negara emerging
market telah mengajukan dua calon yang tidak kurang kuatnya, yaitu Ngozi
Okonjo-Iweala dari Nigeria dan Jose Antonio Ocampo dari Kolombia. Saya telah
bekerja sama yang erat dengan kedua calon ini. Keduanya kelas satu, pernah
menjabat menteri dengan berbagai portofolio, menunjukkan kinerja yang pantas
dikagumi dalam posisi-posisi puncak di lembaga-lembaga multilateral, dan
memiliki keterampilan diplomasi serta kecakapan profesional untuk jabatan yang
diperebutkan itu. Mereka memahami seluk-beluk keuangan dan ekonomi, yang
merupakan inti tugas Bank Dunia, serta memiliki jaringan koneksi yang bakal
meningkatkan efektivitas tugas Bunk Dunia.
Okonjo-Iweala memiliki pengetahuan
mengenai Bank Dunia sebagai seorang insider, sedangkan Ocampo, seperti
Kim, memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai seorang outsider. Ocampo,
guru besar yang dikagumi di Columbia University, sangat akrab dengan Bank
Dunia. Ia sebelumnya menjabat bukan hanya menteri ekonomi dan keuangan, tapi
juga pertanian-–suatu kualifikasi yang sangat penting, mengingat sebagian besar
rakyat miskin di negara-negara berkembang bergantung pada pertanian. Ia juga
memiliki kredensial yang mengesankan mengenai lingkungan, dan menangani suatu
kepedulian sentral lainnya dari Bank Dunia.
Baik Okonjo-Iweala maupun Ocampo
memahami peran lembaga-lembaga keuangan internasional dalam menyediakan
kebutuhan global akan public goods. Sepanjang karier mereka, hati dan
pikiran mereka tercurah pada pembangunan, dan pada pencapaian misi Bank Dunia
untuk mengentaskan masyarakat miskin. Mereka telah meletakkan perintang yang
tinggi bagi setiap calon yang diajukan Amerika.
Banyak hal yang dipertaruhkan.
Hampir 2 miliar orang masih hidup dalam kemiskinan di negara-negara berkembang,
sedangkan Bank Dunia tidak mampu memecahkan masalah ini sendirian, tapi ia
memainkan peran utama. Walaupun dinamakan demikian, Bank Dunia terutama
merupakan lembaga pembangunan internasional. Spesialisasi Kim di bidang
kesehatan masyarakat sangat penting, dan sejak dulu Bank Dunia sudah mendukung
prakarsa yang inovatif di bidang ini. Tapi kesehatan masyarakat cuma merupakan
bagian kecil dari “portofolio” Bank Dunia, dan ia khasnya bekerja di bidang ini
bersama mitra yang membawakan kepakaran di bidang kedokteran.
Ada rumor yang mengatakan Amerika
kemungkinan besar akan ngotot mempertahankan proses seleksi yang tidak
wajar ini, dengan ia yang menentukan siapa yang akan menjabat Presiden Bank
Dunia semata-mata karena, dalam tahun pemilihan presiden di Amerika sekarang
ini, pesaing-pesaing Obama akan membesar-besarkan hilangnya kendali Amerika
atas Bank Dunia sebagai tanda kelemahan. Dan, bagi Amerika, dipertahankannya
kendali pemilihan Presiden Bank Dunia itu lebih penting daripada direbutnya
kendali itu oleh negara-negara berkembang.
Sesungguhnya negara–negara emerging
market yang lebih kuat di antara mereka sadar bagaimana hidup dalam sistem
yang ada sekarang, dan mereka mungkin akan memanfaatkan kenyataan ini. Mereka
sebenarnya akan memperoleh IOU, surat pengakuan utang, yang bisa mereka uangkan
untuk sesuatu yang lebih penting. Kenyataan politik pada saat ini tidak
memungkinkan terjadinya perebutan kepemimpinan Bank Dunia. Amerika pada
akhirnya akan tetap menguasai Bank Dunia, tapi dengan harga seberapa besar?
Andai kata Amerika ngotot
mengendalikan proses seleksi, maka Bank Dunia itu sendiri yang akan menderita.
Selama bertahun-tahun efektivitas kerja Bank Dunia telah diperlemah, karena ia
dianggap sebagai alat pemerintah di negara-negara Barat dan sektor keuangan
serta korporat di negara-negara tersebut. Ironisnya, bahkan kepentingan jangka
panjang Amerika bakal diuntungkan dengan komitmen-–bukan cuma dalam ucapan,
tapi dalam perbuatan-–pada merit system, kualifikasi, dan kinerja serta
tata kelola yang baik.
Satu prestasi yang katanya dicapai
G-20 adalah kesepakatan mereformasi tata kelola lembaga-lembaga keuangan
internasional-–yang paling penting terutama bagaimana pemimpin lembaga-lembaga
itu dipilih. Mengingat kepakaran mengenai pembangunan terutama terdapat di
negara-negara berkembang dan emerging market–-bukankah merekalah yang
menghayati pembangunan-–maka tampaknya wajar kalau Presiden Bank Dunia datang
dari negara-negara itu. Mempertahankan suatu cabal, kelompok rahasia di
antara negara-negara maju, dengan ditetapkan bahwa yang memilih Presiden Bank
Dunia adalah Amerika dan yang memilih ketua Dana Moneter Internasional (IMF)
adalah Eropa, tampaknya sangat anakronistik dan membingungkan pada saat ini
ketika Bank Dunia dan IMF sudah berpaling ke negara-negara emerging market
sebagai sumber dana.
Sementara itu, Amerika, masyarakat
internasional, dan Bank Dunia sendiri berkali-kali menekankan pentingnya tata
kelola yang baik, suatu prosedur seleksi yang de facto meletakkan penunjukan
Presiden Bank Dunia di tangan Presiden Amerika merupakan penghinaan terhadap
pentingnya tata kelola yang baik itu. Okonjo-Iweala mengemukakan hal ini dengan
kuat dalam sebuah wawancara dengan The Financial Times: yang
dipertaruhkan ini adalah persoalan kemunafikan. Integritas negara-negara
industri maju yang memiliki mayoritas suara di Bank Dunia sekarang sedang
diuji.
Joseph E. Stiglitz
GURU BESAR DI COLUMBIA UNIVERSITY, PERAIH HADIAH NOBEL EKONOMI, PENGARANG BUKU FREEFALL: FREE MARKETS AND THE SINKING OF THE GLOBAL ECONOMY
GURU BESAR DI COLUMBIA UNIVERSITY, PERAIH HADIAH NOBEL EKONOMI, PENGARANG BUKU FREEFALL: FREE MARKETS AND THE SINKING OF THE GLOBAL ECONOMY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar