Manusia
sebagai makhluk yang memiliki kemampuan berpikir, dalam setiap tindakan dan
pemahamanya selalu dipengaruhi oleh cara berpikir atau kerangka berpikir yang
dimilikinya. Kerangka berpikir tersebut bukan terbentuk dari sebuah ruang
hampa. Kerangka berpikir seseorang terbentuk karena pengaruh asupan pegetahuan
yang diterimanya.
Sumber pengetahuan
berasal dari ruang dan waktu yang luas, misalnya dating dari lingkungan
internal keluarga (Ayah, Ibu, dan Saudara), Lingkungan pergaulan, Media Massa
dan institusi pendidikan. Akumulasi pengetahuan yang diterima tersebut menjadi endapan
keyakinan didalam diri seseorang, sebagai sebuah keyakinan (belief) maka
pengetahuan tersebut sangat diyakini kebenarannya.
Sebagai
sebuah keyakinan yang dianggap memiliki nilai kebenaran maka keyakinan tersebut
dipegang teguh dan dijadikan sebagai motor penggerak pemikiran, perkataan dan
tindakannya (Paradigma). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sebuah paradigma
yang dianut oleh seseorang memiliki kaitan erat dengan keyakinan yang dianut
seseorang, dan sikap serta tindakan seseorang sangat dipengaruhi oleh
nilai-nilai keyakinan yang dianut oleh seseorang.
Karena
keyakinan tersebut dianggap memiliki kebenaran yang tinggi maka seseorang akan
berusaha untuk selalu memeluk dan mempertahankannya, sehingga menimbulkan
kondisi nyaman (Zona Nyaman) kepada dirinya sendiri. Karena sudah merasa sangat
nyaman dengan kondisi tersebut maka seseorang akan merasa sulit untuk menerima
perubahan atau pergeseran terhadap cara atau kerangka berpikirnya.
Dalam interaksi
sosial dan pergaulan kehidupan sehari-sehari kita dapat melihat adanya
perbedaan kerangka berpikir ini melalui perbedaan sikap dan tindakan seseorang
dibandingkan dengan orang lain. Dan perbedaan tersebut bukan merupakan hal yang
sulit ditemui dalam pergaulan sehari-hari, bahkan yang sulit ditemukan dalam
kehidupan sosial, bahkan dalam sebuah rumah tangga, adalah mencari sikap dan
tindakan yang sama diantara satu orang dengan yang lainnya.
Bahkan
diantara seorang anak kandung dengan ibunya sulit ditemukan kesamaan sikap dan
tindakan diantara keduanya. Perbedaan inilah salah satu keunikan dan kelebihan
manusia dibandingan primate lain yang sama-sama makhluk ciftaan Allah, dan
secara religius kita meyakininya sebagai sebuah karunia besar dari Allah dan
merupakan salah satu petunjuk bahwa Allah dalam menciftakan manusia memang
sangat mengagungkan.
Namun
sebagai manusia yang memiliki kemampuan berpikir dan sebagai makluk yang tidak
pernah puas dengan apa yang diketahuinya, serta telah terbiasa untuk bertanya
dan bertanya, manusia selalu berusaha untuk mencoba mencari jawaban terhadap
sumber penyebab timbulnya perbedaan diantara setiap orang.
Seiring
dengan perkembangan peradaban umat manusia dan kemajuan ilmu pengetahuan jalan
untuk mencari jawaban tersebut juga ikut berkembang luas sehingga ilmu
pengetahuan sebagai pisau analisa untuk memahaminya juga memiliki jumlah yang
banyak, dengan kondisi yang demikian menjadikan umat manusia kembali dituntut
untuk ekstra kerja keras untuk mencari pengetahuan yang tepat dan dianggap mumpuni
memberi jawaban.
Sama seperti
kata sebuah pepatah “Semakin banyak berjalan semakin banyak yang dilihat”,
semakin banyak bertanya maka semakin banyak juga mendapat jawaban.
Itulah salah
satu realita yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan ini, yaitu banyak
pilihan dan banyak kemungkinan. Oleh karena itu harus dapat menentukan pilihan,
bahkan harus mampu menentukan pilihan terbaik diantara sekian kemungkinan
pilihan yang dapat dilakukan, artinya harus mempergunakan skala prioritas dalam
menentukan pilihan yang terbaik.
Namun dalam
menentukan skala prioritas tersebut jugaa dibutuhkan ukuran atau barometer yang
menentukan nilai-nilai kebenaran pilihan tersebut. Kembali kepada keunggulan
yang dimiliki manusia, dalam menentukan barometer atau ukuran nilai ini juga
manusia disuguhkan kesempatan untuk memilih banyak kemungkinan dan alternatif
pilihan.
Ah, repotnya
jadi seorang manusia, selain memiliki kebebasan dan kemerdekaan yang luas dalam
menjalani kehidupan, ternyata keunggulan sebagai manusia merdeka juga memiliki
konsekuensi untuk mempertanggungjawabkan kebebasanya dengan memilih keputusan
yang terbaik dalam setiap kehidupannya, dan hal tersebut bukan merupakan sebuah
tindakan dan pekerjaan yang mudah untuk dilakukan karena adakalanya yang kita
anggap sudah merupakan hal yang terbaik boleh jadi belum tentu menjadi yang
terbaik dalam pandangan dan ukuran diluar diri kita sendiri.
Wah, makin repot lagi nih, ternyata memiliki
kebebasan untuk menentukan keputusan dan pilihan diri sendiri juga harus
mempertimbangkan factor yang ada diluar diri sendiri.
Bingung ???
Ya, memang
adakalanya kita mesti bingung, baik itu karena membingungkan diri sendiri atau
dibingungkan oleh orang lain, atau memang bingung karena disebabkan oleh
bingung itu sendiri. Yeah pokoknya segala bentuk bingung yang ada bercampur
aduk disini.
Syukurlah
kalau kita masih bisa untuk bingung !!!!
Diantara seluruh
hutan belantara kebingungan itu, sebagai umat ciftaan Allah, dan sebagai
makhluk ciftaan Allah paling sempurna jika dibandingkan dengan Ciftaan Allah
yang lain, semestinya kita yakin bahwasannya jawaban terbaik atas semua
pertanyaan yang muncul selalu ada, dan tempatnya tidak memiliki jarak yang
jauh, dia dekat, bahkan karena kedekatannya membuat kita sering mengabaikan
bahkan melupakannya.
Karena kita
sudah merasa memilikinya, dan yakin menjadi pemilik satu-satunya, membuad kita
terkadang tidak ingat padanya karena yakin bahwa dia tidak akan hilang. Dia
memang seperti yang kita bayangkan, akan tetap ada pada tempatnya dengan setia,
bahkan ketika kita melupakannya dia akan tetap setia di posisinya menantikan
kita kembali kepadanya.
Karena
demikian besar kesetiaannya, ketulusannya, kesabarannya dan orisinalitasnya
maka kapan pun kita kembali kepadanya tangannya akan terbentang luas membuka
kesempatan menerima kita kembali kepadanya apalagi hanya untuk sekedar betanya
mana yang baik dan mana yang tidak baik padanya.
Memang dia
tidak akan memberikan jawaban dalam bentuk tutur kata sebagaimana biasanya kita
lakukan ketika berbicara, dan dia tidak akan memberikan jawaban lewat tulisan
kalimat demi kalimat sebagai kita sering menulis diatas selembar kertas.
Dia hanya memberi
jawaban dari tengah keheningan, suara sayup-sayup juga tidak akan
diperdengarkannya, bahkan untuk berbisik juga dia tidak mampu, namun,tanpa memperdengarkan
suara-nya pun sebenarnya kita dapat memahami dan mengerti tentang jawaban yang
diberikannya, karena itulah kelebihannya sebagai “HATI NURANI”.
Selamat
Datang ke Pangkuan Hati Nurani…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar