Mencermati debat calon Presiden Amerika Serikat antara Mitt Romney versus
Barack Obama yang telah berlangsung sebanyak tiga kali menjadi sebuah etalase
yang memajang produk aliran pemikiran yang sesungguhnya berkembang di
tengah-tengah elit politik Negara adikuasa tersebut. Topik yang diperbincangkan
dan diperdebatkan oleh kedua kandidat merupakan cerminan sikap Amerika dalam
atmosfir kehidupan politik dan ekonomi kontemporer.
Wacana yang diperdebatkan kedua kandidat menjadi sebuah gambaran sekilas
bagaimana sikap Amerika terhadap kondisi ekonomi dan politik global saat ini,
dan menjadi indikator kebijakan pemerintah Amerika Serikat di masa akan datang.
Tidak dapat dipungkiri, thema-thema yang diperdebatkan menunjukkan keadaan
Amerika sesungguhnya saat ini, dari ketiga perdebatan yang dilakukan, ada
beberapa poin yang menonjol menunjukkan sikap pemerintah Amerika, yaitu tentang
kondisi perekonomian domestic Amerika yang belum pulih secara signifikan,
kebijakan pemerintah Amerika dalam perihal pendapatan dari pajak, pandangan
Amerika terhadap kehadiran China sebagai salah satu calon kekuatan ekonomi dan
politik global, dan kebijakan politik luar negeri Amerika yang masih tetap
berupaya mempertahankan posisi sebagai Negara adikuasa dan polisi dunia.
Dari semua materi yang diperbincangkan, ada satu benang merah yang dapat
ditarik sebagai proyeksi bahwa kedua kandidat memiliki kesamaan pandangan untuk
tetap berupaya menempatkan Amerika sebagai pusat kekuasaan global (Unipolar),
pandangan seperti ini menunjukkan bahwa kedua kandidat masih merupakan
duplikasi pemimpin Amerika yang akan melanjutkan pengaruh kekuatan hegemonik.
Dengan demikian, siapa pun yang akan terpilih menjadi Presiden Amerika pada
pemilihan yang akan dating kebijakan politik dan ekonomi Amerika akan masih
tetap sama dengan kebijakan-kebijakan pemimpin Amerika sebelumya, walau
Presiden Amerika berganti pengaruhnya tidak akan memberikan diferensiasi baru
terhadap atmosfir kehidupan politik global, Amerika akan tetap berupaya menjadi
penguasa global.
Kekuatiran Amerika yang sangat berlebihan terhadap keberadaan China
terungkap dalam wacana debat antara Barack Obama dengan Mitt Romney. Romney
menyatakan akan mengambil garis keras melawan Cina karena dianggap memanipulasi
nilai mata uanganya, yang menyebabkan angka pengangguran di AS membengkak. Dia
mengatakan, sebagai presiden, dia akan mengadopsi kebijaksanaan menguntungkan
bagi industri demi terbukanya lapangan pekerjaan di AS. Pemerintahan Obama, dilain
kesempatan juga menuduh Cina telah melakukan subsidi ilegal terhadap industri
ekspor otomotif dan melakukan dumping terhadap barang-barang dari Amerika.
Pertumbuhan volume ekonomi Cina yang menakjubkan ini telah lama
menghantui dan menakutkan bagi Amerika, dan merupakan sebuah gambaran pihak
Amerika memiliki kekuatiran sangat tinggi akan kemampuan Cina menjadi salah
satu kekuatan baru dalam politik global. Tidak dapat dipungkiri volume ekonomi
suatu Negara akan mempengaruhi keberadaan suatu Negara sebagai salah satu
kekuatan politik global, Cina saat ini tengah mengarah ke posisi menjadi salah
satu kekuatan ekonomi dan politik global yang mesti diperhitungkan, dan
diprediksi Cina akan menjadi simpul kekuatan geopolitik asia pasifik.
Amerika sebagai satu-satunya Negara adikuasa paska runtuhnya Uni Soviet
merasa mendapat pesaing baru dengan kehadiran Cina, maka dalam kepemimpinan
Presiden Amerika yang akan datang fenomena ini akan tetap mewarnai atmosfir kehidupan
politik global. Namun dalam menyikapi kondisi ini masing-masing pemimpin
Amerika memiliki gaya sendiri-sendiri, dalam debat yang berlangsung secara
kasat mata dapat dilihat bahwa Romney sebagaimana biasanya Presiden dari Partai
Republik mempertontonkan gaya lebih radikal menentukan sikap dan kebijakan
terhadap Negara lain yang dianggap mengusik kepentingan ekonomi dan politik
Amerika.
Jika Romney yang terpilih menjadi Presiden Amerika masa mendatang
diprediksi pendekatan yang akan dilakukan terhadap Cina cenderung akan lebih radikal
dibandingkan dengan gaya Barack Obama yang selama ini sudah Nampak cenderung
mengandalkan pendekatan soft power.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar