Suatu ketika, ada seorang gadis buta , yang menyesali kondisinya dan selalu mengeluh karena tidak bisa melihat, namun kekasihnya seorang pria yang sabar, sehingga selalu setia menemaninya, berbagi cerita dan membantu sang gadis dalam suka dan duka. Di suatu hari, tepatnya ketika malam minggu, untuk memberi motivasi agar tegar menjalani kehidupan si pria menuturkan ceritera dengan judul “Rintihan Anak Kerang” :
Anak kerang sedang merintih kesakitan karena
didalam tubuhnya ada sebutir pasir yang melekat menusuk, sehingga membuat tubuhnya terasa nyeri, terluka dan
berdarah. Ditengah rintihan menahan pedih dan rasa sakit anak kerang memohon
dengan sangat kepada ibunya agar berkenan mengeluarkan sebutir pasir tersebut,
karena memang sangat menyakitkan dan tidak tertahankan , semakin lama semakin tidak kuat lagi menahan
rasa sakit.
Namun
ibunya berujar “Anakku, kita sudah ditakdirkan tidak memiliki tangan, sehingga
ibu tidak memiliki kemampuan untuk mengambil sebutir pasir yang ada dalam tubuhmu,
karena itu berusahalah semampumu untuk
menahan rasa sakit, dan menerima keadaan
serta takdir kita yang tidak memiliki tangan. Untuk mengurangi rasa sakit dan
perih keluarkanlah lendirmu membasahi sekeliling tubuhmu, terutama membasahi sekitar kulitmu yang tertusuk pasir, dengan demikian semoga rasa sakit yang kau rasakan dapat berkurang.
Hari berganti hari anak kerang itupun menjalani
hidupnya dengan menanggung beban penuh rasa sakit, dan berupaya sekuat tenaga bertahan
menahan penderitaan seiring berharap suatu ketika akan muncul mukjijat atau
dewa penolong.
Namun ditengah beban menanggung penderitaan itu
adakalanya muncul keinginan memprotes keadaan, “betapa tidak sempurna hidupku” keluhnya, dan disaat lain mengumpat
“Maha pencifta tidak adil….!!!”. Dan
banyak lagi ungkapan rasa kesal yang dikeluarkannya.
Beberapa waktu kemudian ternyata sebutir pasir yang
ada didalam tubuh kerang itu berubah wujud menjadi sebutir permata. Dan dari
hari ke hari permata itu semakin besar dan indah.
Permata itu menjadi sebuah benda abadi yang tidak
lapuk di musim hujan dan tidak retak dikala musim kemarau, abadi sepanjang masa
dan berharga nilainya. Anak kerang tersebut kemudian berubah wujud menjadi
sebuah permata yang berharga dan diburu umat manusia, nilainya kian berharga
dan lebih berharga daripada kerang-kerang
lain yang hanya menjadi santapan manusia.
Namun tanpa di duga si gadis memberi sebuah syarat, dia akan bersedia menikah apabila suatu saat bisa melihat atau tidak buta lagi. Si Pria juga menyimpan rasa kecewanya didalam hati tanpa mengucapkan kata sesal kepada orang yang dicintainya itu.
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu, sehingga akhirnya sang gadis dapat melihat seisi alam semesta dengan sempurna, dan kemudian sang pria yang sedari tadi berada disampingnya kemudian bertanya kepada si gadis : ” Sayang … sekarang kamu sudah bisa melihat, apakah engkau mau menikah denganku?”
Gadis itu kaget dan tiba-tiba kecewa berat, karena kekasihnya yang berada disampingnya ternyata buta, si gadis akhirnya menolak untuk dinikahi sang pria yang selama ini telah setia mendampinginya.
Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik kedua mata yang telah aku berikan kepadamu.” I Love You.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar