"Aku sekarang merasa asing denganmu, aku tidak bisa memahami mu
sekarang padahal kita telah lama menjadi pasangan suami istri" Itulah
ucapanku tadi malam kepada suamiku ujar seorang istri sahabatku kepada
saya ketika datang menemuiku untuk menceritakan pertengkeran mereka tadi
malam.
Sebagai seorang laki-laki dan telah berkeluarga serta telah
mengalami bagaimana rasanya memiliki seorang istri, bingung juga memahami
kata-kata yang diucapkan istri sahabat saya ini, kok bisa ya "Seorang
istri merasa asing dengan suaminya dan tidak bisa memahami siapa
suaminya", wah repot juga ini gumamku dalam hati, sehingga akupun tidak
berani banyak memberikan petuah dan jalan keluar kepada istri sahabat
saya itu. Yang meluncur dari mulutku hanya kata-kata yang membesarkan
hatinya.
Karena diselimuti rasa penasaran yang demikian tebal
akhirnya saya memberanikan diri bertanya kepada sahabat saya tentang apa
sebenarnya persoalan yang membuad dia dan istrinya bertengkar, ya saya
terpaksa memberanikan diri kepada sahabat saya ini karena saya paham
persis sifatnya yang tidak suka ditanya masalah pribadinya, walaupun
kami dekat dan akrab sejak masuk semester pertama kuliah, bahkan sering
tidur bareng dan ketika melakukan pendekatan terhadap istrinya untuk
menjadi pacarnya ketika kami bersama-sama menemuinya, itulah
kenyataannya sedemikian dekatnya persahabatan kami tetapi saya tetap
menghargai prinsifnya yang tidak ingin membicarakan masalah pribadinya,
"Itu privasi saya !!!" jawabnya setiap kali saya tanya persoalan rumah
tangganya.
Namun kali ini harus saya ketahui persoalan
sesungguhnya karena menurut penuturan istrinya pertengkaran tadi malam
sudah berada pada level tingkat tinggi, jika sang suami tidak mohon maaf
si istri sudah siap mental untuk pisah ranjang alias cerai. Wah kacau
kan........ !!!
Setelah bertemu dengan sahabat karib saya itu,
kali ini ternyata berkenan mengungkapkan bagaimana sebenarnya peristiwa
pertengkaran mereka yang terjadi tadi malam. Dengan raut wajah yang
tampak letih dan sorot mata yang sayu dan merah sebagai sebuah pertanda
bahwa tadi malam sahabat saya ini kurang nyenyak tidur menuturkan kisah
sedih mereka tadi malam :
" Tadi malam ketika kami berdua sedang
menonton televisi di ruang tamu, tatapan mata kami berdua fokus tertuju
ke layar televisi, istriku juga serius mengikuti acara demi acara dengan
posisi duduk disampingku dan diatas meja didepan sofa yang kami duduki
berdua tersaji beberapa jenis makanan ringan yang sebelumnya telah
disediakan oleh pembantu rumah tangga kami sebagai makanan selingan
menikmati istirahat bersama kami didepan televisi, ditengah keasikan
tersebut tiba-tiba istriku berkata "Pa tolong ambilkan sepotong kue legit itu", mendengar ucapanya akupun berkata "Ambil sendirilah, itupun tidak bisa kamu ambil".
Tanpa
dilanjutkan cerita sahabat saya ini, sudah dapat diduga apa yang
terjadi selanjutnya. Mendengar jawaban suaminya sudah pasti si istri
marah besar dan berkata bahwa "suaminya tidak bisa diminta tolong
membantunya mengambil sepotong kue" mendengar kata-kata yang demikian
maka si suami menganggap bahwa istrinya menuduh dan memvonnisnya sebagai
seorang suami yang tidak baik. Tidak nyambung ya, ya memang tidak
nyambung dan itulah persoalan utamanya.Si istri menganggap apa yang
dilakukan dan yang diucapkannya merupak hal yang wajar yaitu "minta
tolong" kepada suaminya, ada suami sendiri kenapa mesti minta tolong
kepada suami orang lain. Disisi lain si suami beranggapan si istri
terlalu berlebihan, ingin dilayani, kenapa hanya untuk meraih sepotong
kue yang berada persis dihadapannya dan dapat diraih dengan tangan
sendiri tanpa bangkit dari duduk mesti minta dibantu oleh suami. "Manja
amat" mungkin juga pemikiran ini ada muncul dalam alam pikir sadar sang
suami. Keterlaluan ya ? Padahal ketika pacaran dahulu jangankan diminta
tolong mengusir seekor nyamuk yang menempel di pipi pacarnya, mengusir
tukang copet yang raut wajahnya sangar dan seram sembilan puluh sembilan
persen pasti berani (1% milik Tuhan), main pukul-pukulan adu kekuatan
otot juga akan dilakukan walau tau akhirnya pasti bonyok.
Kalau hal ini ditanyakan kepada pria kenapa ? Jawabnya "Itu kan dulu !!!" Hehehe... memanglah ia.....
PRIA MEMANG BERASAL DARI PLANET LAIN
Wah... sub judul ini mengada-ada, provokatif, tidak logis dan hanya teori pembenaran membela pria !!!
Pria
itu tidak perlu pembelaan karena dia keturunan Adam yang dari salah
satu tulang rusuknya wanita diciftakan (untuk kaum pria coba hitung
berapa tulang rusuknya yang berkurang).
Sejujurnya, sub judul
diatas dibuad tujuannya untuk memberikan gambaran bahwa memang ada
perbedaan khas cara berpikir seorang pria dan cara berpikir seorang
wanita. Saya sepakat bahwa perbedaan ini tidak merupakan hukum alam yang
mutlak dan tidak bisa digugat kebenarannya, tapi berdasarkan kenyataan
sehari-hari dan pengalaman hidup, seorang laki-laki cara berpikir atau
kerangka pemikirannya memang umumnya lebih mengandalkan kemampuan rasio
dan sering mengabaikan perasaannya, ini yang dimaksudkan dengan dunia
(planet) laki-laki, secara ilmu psikologi dikatakan mengandalkan belahan
otak sebelah kirinya, sedangkan seorang wanita cenderung lebih
mengandalkan belahan otak kanannya atau mempergunakan kedua belahan
otaknya, otak kanan otak kiri secara seimbang sehingga seorang wanita
itu sering lebih sering mengandalkan perasaannya.
Berdasarkan
cerita pertengkaran suami istri diatas, sumber utama pertengkaran itu
karena si istri memiliki perasaan bahwa suaminya sayang kepadanya,
karena dianggap sayang maka akan bersedia membantu istrinya. Sementara
si suami berpikir secara ala matematis, dengan jarak yang begitu dekat
seharusnya memungkinkan untuk mengambil sepotong roti itu tanpa bantuan suami.
Wah
makin repot mikirinnya ya ? Memang ini hanya sebagian kecil dari contoh
perbedaan yang ada diantara seorang pria dan wanita (dilain kesempatan
akan kita coba lagi membicarakannya).
Pesan yang ingin
disampingkan melalui uraian ini hanya sederhana : "Kita harus menyadari
bahwa memang ada perbedaan cara berpikir atau kerangka berpikir) antara
seorang pria dan wanita sehingga wajar ada beberapa wanita beranggapan
bahwa "Sulit memahami jalan pikiran pria", sebenarnya bukan sulit tetapi
kita sama-sama sering lupa (amnesia) bahwa sesungguhnya kita lahir dan
datang dari latar belakang yang berbeda, dari latar belakang pendidikan
yang berbeda, dari latar belakang lingkungan hidup yang berbeda dan
masih ada lagi perbedaan yang lain, terutama perebedaan dalam hal
memahami dan mengaktualisasikan bagaimana sikap mewujudkan perasaan
cinta. Seorang wanita pada umumnya ingin mendapatkan bentuk ungkapan
yang nyata sebuah cinta, sementara seorang pria sering merasa terlalu
keras urat lidahnya menghalangi mulutnya mengucapkan kata-kata cinta.
Tidak
selamanya laki-laki yang jarang mengucapkan kata-kata tentangcinta dan
tidak menunjukkan perbuatan yang mengungkapkan rasa cinta menjadi bukti
bahwa seorang pria itu telah berubah apalagi tidak cinta. Karena seorang
pria memang sering hanyat kedalam alam kesendiriannya ketika memikirkan
sesuatu, tidak gampang mengungkapkan perasaannya kepada orang lain
walaupun itu istrinya sendiri. boleh jadi pada peristiwa pertengkaran
suami istri sahabat saya yang diceritakan diatas si suami sebenarnya
sedang memikirkan sesuatu, misalnya persoalan di kantornya, memang
matanya tertuju tajam kelayar televisi tetapi belum tentu pikirannya
mengikuti jalannya cerita sinetron yang disuguhkan televisi tersebut.
Pria itu duduk manis di sofa dan matanya menatap lurus ke layar kaca
televisi tapi sebenarnya pikirannya tidak ke acara televisi tersebut,
itulah salah satu bentuk tindakan pria yang cenderung selalu ingin
memikirkan dan menyelesaikan masalah sendirian.
Nah kalau benar
bahwa si suami sedang memikirkan sesuatu, sedang fokus di dalam
kesendiriannya maka permintaan istrinya untuk meraih dan mengambil
sepotong roti tadi justru menjadi sebuah gangguan yang membuyarkan
pikirannya.
Ya memang inilah salah satu faktor yang
membedakan seorang pria dan wanita, perbedaan itu harus kita terima
sebagai sebuah realita dan jangan dianggap sebagai sebuah bukti bahwa
pria itu sulit untuk dimengerti jalan pemikirannya.
PLANET PRIA YANG ELASTIS
Pria
itu hidup didalam sebuah dunia yang elastis, bagaikan sebuah karet.
persisnya lagi dunia pria itu bagaikan "Karet Gelang". Dunia yang
dimaksudkan disini cara berpikir dan bertindak seorang pria
dalam
menanggapi dan mengekspresikan cintanya. Ibarat sebuah karet gelang,
karet gelang itu jika ditarik maka akan molor sejauh jarak tertentu tapi
akan bisa kembali lagi ke bentuk semula, dari bentuk yang bulat,
berbentuk lonjong ketika ditarik dan akan kembali menjadi bulat ketika
tarikan itu dilepaskan, ya itulah ke-elastis-an sebuah gelang karet.
Seorang pria juga dalam kehidupan berkeluarga atau dalam
kehidupan hubungan pacaran dengan seorang wanita adakalanya bersikap
seperti karet gelang, pada saat tertentu sangat dekat dan nampak sangat
penuh perhatian dengan pasangannya, namun di lain kesempatan tiba-tiba
menjauh seakan tidak perduli dan seakan tidak memiliki rasa sayang
bahkan seakan tidak menjaga perasaan pasangannya. Itulah posisi ketika
seorang pria menarik menjauh dari pasangannya, persis seperti sebuah
gelang karet yang sedang ditarik sebuah sisinya, bentuk gelang karet
menjadi berubah dari sebelumnya berbentuk bulat akan menjadi berbentuk
lonjong, ketika tarikan itu dilepaskan maka akan kembali ke bentuk
semula menjadi bentuk yang bulat.
Demikian juga halnya
seorang pria ketika dia menjauh dari kedekatannya dengan pasangannya
bukan bearti sebagia bukti menarik jarak yang tetap dan tidak kembali
lagi, dia akan kembali ke sikap semula untuk menjadi bagian orang
terdekat orang yang dicintainya, karena ketika dia menjauh akan muncul
suatu kesadaran tiba-tiba bahwa dia kehilangan sesuatu, yaitu
kebersamaan, rasa sayang dan cinta pada saat itu dia akan kembali.
Artinya,
apabila suatu ketika seorang wanita merasakan seakan-akan pasangan
prianya berbeda dari biasanya, kurang perhatian dan suka menyendiri
mencari jarak, hal itu jangan dijadikan sebagai sebuah indikator bahwa
pria itu telah berubah sikap dari baik menjadi tidak baik, dari sayang
menjadi tidak sayang tetapi harus disadari bahwa seorang pria memang
dalam waktu-waktu tertentu bisa saja menarik diri dari kedekatannya
dengan pasangannya karena memang pria itu memiliki dunia atau alam
pemikiran entahpun cara berpikir yang ingin berpikir sendiri, tidak
ingin berbagi dan merasa mampu berpikir dan menyelesaikan sesuatu
didalam kesendiriannya, bahasa sederhananya : " Pria itu suka masuk
kedalam sebuah gua yang dalam dan gelap sendirian " Tapi percayalah dia
akan kembali seperti karet gelang yang elastis, kembali kebentuk semula
menjadi bulat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar