Judul apa lagi ini ?
Ada-ada aja ya. Memang adakalanya kita mesti mengada-ada, agar hidup ini tidak terasa monoton, lurus memanjang seakan tiada bertepi, padahal perjalanan hidup tidak selamanya selurus yang kita bayangkan. Dilain kesempatan kita juga perlu berpikir liar liar untuk mendapatkan suasana dan hasil yang baru, orang pintar bilang "berpikir lateral", berbeda dari orang lain, bukankah perbedaan juga mesti kita apresiasi sebagai sebuah keunikan dan salah satu contoh yang membuad manusia tidak dapat disamakan dengan primata lain.
Judul diatas memang sengaja dibuad sedikit nakal, agar kita kembali sama-sama dapat merenungkan bahwa ada perbedaan diantara kita, perbedaan diantara aku dan kamu dan perbedaan antara wanita dan pria. Tetapi perbedaan itu ternyata bukan menjadi batu sandungan yang membuad kita mesti tidak saling membutuhkan, justru karena adanya perbedaan itulah kita mesti memiliki saling ketergantungan, yang ada didalam diri kita tidak ada didalam diri orang lain, yang ada didalam diri orang lain tidak ada didalam diri kita, berarti karena ada kekurangan dan kelebihan masing-masing itu yang membuad kita mesti saling membutuhkan.
Dalam hal saling membutuhkan itu kita mesti disatukan, misalnya disatukan kedalam satu lembaga perkawinan yang mempersatukan pria dan wanita menjadi pasangan suami istri atau Pasutri. Ini merupakan salah satu kebutuhan yang tidak terbantahkan bagi umat manusia karena merupakan salah satu bentuk kesempurnaan peranan kita hidup mengembara di dunia yang penuh dengan dinamika ini. Perkawinan bukan hanya semata-mata dibutuhkan karena fungsi biologis hidup manusia tetapi erat juga kaitannya dengan panggilan religius.
Namun dalam sebuah mahligai rumah tangga, mempersatukan dua insan, pria dan wanita, bukan merupakan sebuah pekerjaan yang mudah untuk dijalani karena sering sekali kita terbentur kedingding tembok perbedaan, perbedaan yang yang sering kita lupakan sebagai sebuah realita yang ada diantara pria dan wanita, memahami kenyataan bahwa benar ada perbedaan itu merupakan langkah pertama yang bagus untuk bisa saling mengerti antara yang satu dengan yang lain. Karena kita sadar bahwa ada perbedaan itu maka kita akan dapat saling memahami dan menerima perbedaan itu, baik itu berbentuk perbedaan jasmani dan rohani.
Berbicara tentang perkawinan maka tidak dapat dipisahkan dengan kosa kata "Cinta" atau "Sayang", dalam hal ini memiliki arti lebih luas lagi yaitu adanya kemauan untuk menerima pasangan kita sebagaimana adanya, bersedia menerima kelebihannya, terutama kerelaan hati untuk menerima kekurangan salah seorang diantara kita. Namun sering sekali kita sebagai pasangan suami istri memiliki alat ukur sendiri-sendiri untuk menilai kadar kasih sayang pasangan kita. Perbedaan alat ukur ini akhirnya menghasilkan nilai ukuran yang berbeda juga, bahkan ada kalanya kita juga memaksakan alat ukur yang kita miliki untuk dipergunakan oleh pasangan kita melakukan suatu penilaian.
Walaupun kita telah dipersatukan dalam satu lembaga rumah tangga dan perkawinan bukan berarti semuanya dapat secara otomatis menjadi menyatu misalnya cara kita melihat sesuatu dan melihat sesuatu itu pada sisi yang mana. Cara kita yang berbeda melihat sesuatu inilah yang sering membuad pasangan suami istri terjebak kedalam kondisi yang saling tidak mengerti satu sama lain. Bahkan perbedaan itu bukan hanya cara masing-masing melihat sesuatu tetapi ada lagi perbedaan dalam hal cara seseorang mengungkapkan sesuatu.
Kita sebagai manusia biasa justru sering menilai besarnya bentuk perhatian dan kasih sayang seseorang berdasarkan apa yang diungkapkan seseorang, bahkan tidak jarang kita terjebak mengukur dan menilai besar dan kecilnya kasih sayang seseorang berdasarkan apa yang diperbuad dan diberikan seseorang secara kasat mata, atau bentuk ungkapan kasih sayang seseorang dipercayai atau lebih meyakinkan apabila dapat dilihat jelas dengan mata, bahkan harus bisa diraba.
Padahal seorang pria dan wanita adakalanya berbeda dalam hal cara mengungkapkan bentuk kasih sayang yang diberikannya kepada pasangan hidupnya. Khususnya pria pada umumnya tidak begitu gampang mengutarakan dan mengungkapkan bentuk kasih sayangnya, disisi lain seorang wanita justru ingin untuk selalu memperoleh perhatian dan ungkapan pemberian kasih sayang dari seorang pria.
Ketika seorang pria sebagai suami lebih asik dengan dirinya sendiri misalnya membaca koran, membaca buku, atau mengakses internet di rumah sementara istrinya sedang duduk diruangan yang sama maka sering seorang istri beranggapan bahwa suami lebih mementingkan dirinya sendiri dan lebih mengutamakan keinginan pribadinya daripada mengobrol berdua dengan istrinya, pandangan seperti ini muncul dari dalam diri seorang wanita merupakan suatu hal yang wajar, karena memang seorang wanita memiliki keinginan untuk lebih sering berbicara, ngobrol atau membicarakan sesuatu hal, seorang wanita sangat ingin berbicara untuk mengungkapkan apa yang sedang ada dalam hati atau pikirannya.
Sementara itu disisi lain seorang pria justru lebih lebih ingin memikirkan segala sesuatu sesuatu hal dengan caranya sendiri, berpikir dalam kesendiriannya sehingga merasa begitu sulit untuk mengungkapkan isi hati dan pikirannya kepada orang lain termasuk kepada istrinya sendiri, sehingga seorang pria sering dituduh tidak memiliki rasa dan bentuk perhatian lagi terhadap pasangannya.
Perbedaan dalam hal merespon dan mengungkapkan bentuk kasih yang berbeda inilah maka disebut seorang pria tidak ubahnya bagaikan sebuah "Gelang Karet" dalam mengungkapkan kasih sayangnya, sedangkan seorang wanita tak ubahanya bagai "Gelombang Lautan" dalam merespon dan mengungkapkan kasih sayangnya.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar