Menurut Webster Dictionary, MENTAL adalah “way of thinking”, berkenaan dengan pikiran, kejiwaan atau gangguan saraf, sedangkan menurut Kamus Purwodarminto mental merupakan “way of sense”, dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa mental merupakan cara berpikir & berperasaan berdasarkan atas nurani yang tercermin pada perilaku seseorang.
Melihat defenisi diatas, perilaku atau apapun yang dilakukan seseorang, apapun tindakan seseorang akan ditentukan dan dipengaruhi oleh cara berpikir (way of thinking) seseorang, dalam pengembangan sumber daya manusia baik itu melalui institusi pendidikan ketika ingin melakukan perubahan atau pengembangan perilaku manusia langkah pertama yang dilakukan adalah memperbaiki cara berpikir seseorang, memperbaiki cara berpikir dalam hal ini dimaksudkan sebagai tindakan menggantikan cara berpikir yang lama menjadi cara berpikir yang baru.
Dengan terbentuknya cara berpikir yang baru maka diharapkan akan terjadi juga perubahan terhadap tindakan atau perilaku seseorang karena sesuai seperti diatas perilaku seseorang itu ditentukan oleh cara berpikir seseorang. Apa yang dilakukan seseorang tanpa perintah pikiran dapat dikatakan bahwa seseorang itu bertindak atau melakukan sesuatu diluar kesadaran berpikirnya.
Namun dalam melakukan proses perubahan, atau dalam istilah yang lebih halus dikatakan “pergeseran“ cara berpikir seseorang bukan pekerjaan yang mudah, misalnya cukup dengan melakukan indoktrinasi atau memberikan suatu materi secara teoritis, karena pada umumnya manusia itu telah memiliki cara berpikir yang mapan dan merasa nyaman dengan cara berpikirnya tersebut, kondisi ini disebut dengan zona nyaman (comfort zone), sudah merupakan suatu kelajiman dalam hidup manusia bahwa seseorang itu akan merasa sulit bergeser dari wilayah rasa nyamannya, oleh karena itu dibutuhkan kemauan besar yang benar-benar muncul dari dalam diri seseorang (inside-out),
Kemauan yang muncul dari dalam diri seseorang yang ingin melakukan perubahan cara berpikirnya boleh karena adanya kesadaran yang muncul dari dalam diri sendiri karena alasan tertu misalnya menyadari bahwa jika ingin mendapatkan nilai yang bagus harus belajar dengan kerja keras dan konsekuensinya harus membuang keinginan-keinginan bersantai, ataupun kemauan itu muncul dari dalam diri seseorang karena akibat pengalaman traumatis, misalnya karena pernah merasa kesakitan karena kecelakaan mengendara sepeda motor akhirnya setiap kali mengenderai sepeda motor akan ekstra hati-hati.
Salah satu konsekuensi dari melakukan cara berpikir ini adalah terjadi pengorbanan didalam diri seseorang yaitu menahan rasa sakit, atau mengekang keinginan-keinginan lama yang muncul kembali sebagai godaan dan penghalang terhadap upaya merubah cara berpikir tersebut oleh karena itu dibutuhkan tekat bulat dan keteguhan hati untuk mengendalikan diri dan tetap konsekuen mempertahankan sikap menerima cara baru dalam berpikir itu.
Pertanyaan selanjutnya yang perlu dijawab adalah, factor apa sih yang membuad seseorang begitu sulit menerima perubahan cara berpikir tersebut sehingga seseorang itu merasa nyaman dengan kondisi tertentu. Jawabnya, tidak lain tidak bukan karena pengaruh Belief atau keyakinan yang dimiliki seseorang, belief ini adalah suatu keyakinan yang dianggap suatu kebenaran mutlak bagi seseorang sehingga dia akan selalu berusaha mempertahannya.
Belief ini merupakan keyakinan yang diperoleh seseorang dari proses menerima pengetahuan, pengetahuan dalam hal ini dalam arti yang luas, boleh itu pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan keluarga (ayah, ibu dan keluarga lain), lingkungan pergaulan, media informasi (Koran, televisi, radio, internet dan lain sebagainya),institusi pendidikan dan agama. Artinya sumber pengetahuan menjadi asupan atau makanan yang masuk kedalam pikiran seseorang dan akhirnya menjadi keyakinan yang dianggap benar oleh seseorang.
Sebagai sebuah ilustrasi yang bisa menggambarkan bagaimana kuatnya peranan pengetahuan yang kita terima membentuk cara berpikir kita, dibawah ini ada sebuah cerita tentang “Serigala Berhati Kambing” :
Pada suatu sore terjadi suatu gempa di sebuah desa terpencil diujung pulau nan jauh disana, Pohon-pohonan bertumbangan, rumah-rumah penduduk berantakan, ratusan umat manusia meninggal dunia, hamparan sawah berubah menjadi hamparan sungai. Karena bencana tersebut ada seekor anak serigala kesasar masuk ke kandang kambing. Induk kambing yang baru beranak kemudian menganggap singa itu sebagai anaknya walau wajah dan phisik anak singa itu berbeda dengan kambing yang lain akhirnya semuanya merasa seakan satu keluarga dan tidak ada perbedaan, yaitu sama-sama kambing.
Karena anak serigala tersebut diasuh dengan baik oleh induk kambing, sama seperti mengasuh anak kandungnya kambing, anak singa itu akhirnya merasa nyaman dan terbiasa dengan kebiasan kambing, memakan rumput dan melakukan kebiasan kambing lainnya karena memang anak singa itu juga telah diberikan pengajaran bahwa anak singa itu sama dengan anak kambing lainnya, ya seekor kambing. Lingkungan kehidupan kambing itu juga memperlakukan anak singa itu sebagaimana anak kambing hidup.
Namun, disela-sela perjalanan kehidupannya, ternyata anak singa ini mengagumi kehebatan singa yang dianggap hebat dan ditakuti oleh semua binatang, sehingga anak singa itu akhirnya berkeinginan memiliki kemampuan seperti kehebatan seekor singa, namun ibu kambing yang mengasuhnya selalu menanamkan dan mengajarkan bahwa dia adalah kambing yang lemah dan tidak akan bisa memiliki kehebatan seperti seekor singa, bahkan seisi lingkungan kehidupan kambing meremehkannya dan meledeknya telah “mimpi di siang bolong”.
Suatu hari, tanpa diduga, dan diluar perkiraan para kambing-kambing, segerombolan serigala dating dari hutan rimba menyerang kumpulan kambing tersebut, singa-singa buas itu melahap kambing-kambing yang ada kecuali anak singa yang kesasar tersebut, tetapi walau tidak diganggu gerombolan singa tersebut anak singa yang kesasar tersebut merasa ketakutan dan minta tolong kepada seekor induk singa dengar berkata “ Tolong jangan makan aku, aku hanya seekor kambing yang lemah”, mendengar itu singa tua marah dan membentak seiring berkata “ Kau bukan kambing, kau singa bagian dari keluarga kami”. Akhir anak singa kesasar tersebut diseret gerombolan singa itu ketepian sungai dan seekor diantaranya berkata “Coba kau lihat ke sungai itu, lihat wajah mu baik-baik”.
Anak singa kesasar tersebut bercermin kesungai dan akhirnya tertegun serta heran karena ternyata wajah dan tubuhnya sama persis dengan gerombolan singa tersebut, dan akhirnya berkata “ Kata ibuku, aku memang mirip dengan serigala tetapi aku adalah seekor kambing”. Serigala tua marah dan melolong keras “ Okey… sekarang buka mulutmu dan mulailah melolong”, dan anak singa kesasar tersebut melakukannya dan akhirnyaanak serigala kesasar itu percayaMelalui ilustrasi didalam cerita diatas dapat kita pahami bahwa begitu besarnya pengaruh asupan atau sumber informasi yang masuk kedalam alam pemikiran kita membentuk cara berpikir dan akhirnya mempengaruhi tindakan dan sikap seseorang. Padahal keyakinan atau belief yang kita miliki yang mempengaruhi cara berpikir dan tindakan kita adakalanya tidak sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi yang kita hadapi, disaat menemui kondisi seperti ini maka dibutuhkan suatu kemauan dan kerelaan untuk merubah cara berpikir kita agar bisa menghasilkan tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan tuntutan kondisi pekerjaan, pergaulan atau interaksi sosial maupun tuntutan aktivitas sehar-hari lainnya. Jika tidak bisa melakukan tindakan yang sesuai dengan tuntutan kondisi tersebut maka maka dikuatirkan seseorang itu akan merasa terasing atau diasingkan alias gagal dalam kehidupan itu. Intinya seseorang dituntut untuk mampu melakukan perubahan dalam tindakannya agar sukses dalam hidup baik itu dalam dunia kerja (karir), interaksi sosial maupun dalam rumah tangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar